USIA AISYAH Ketika Menikah dengan Rasullah SAW
Beberapa waktu lalu -saat saya berada di Berlin- ada yang menanyakan tentang isu kontroversi pernikahan Rasulullah saw dengan Aisyah yang masih berusia anak-anak. Pertanyaan ini terulang saat saya mengisi sebuah acara LBT PWK PII Mesir, Senin, 27 Oktober 2008, saat saya mempresentasikan renungan menapaki jejak Rasulullah saw. Saya jadi ingat bahwa pertanyaan seperti ini bukan yang pertama kali. Saya juga pernah mendiskusikannya dengan istri saya. Setelah saya cek lagi dalam computer saya, alhamdulillah saya menemukan sebuah file yang mungkin bermanfaat untuk menjawab kontroversi pernikahan tersebut. Mengingat hari-hari ini isu ini muncul kembali dengan adanya praktik pernikahan seperti ini dengan bersandarkan dalil dari hadits Rasulullah saw tersebut. Semoga bermanfaat
Wassalam
Saiful Bahri
Cairo, 29.10.2008
Terjemahan dari artikel berbahasa Inggris, dari : The Ancient Myth Exposed, by T.O. Shanavas, di Michigan. (c) 2001 Minaret. From The Minaret Source: http://www.iiie.net/
Seorang teman beragama Kristen suatu saat bertanya kepada saya, ”Akankah Anda menikahkan saudara perempuan Anda yang berumur 7 tahun dengan seorang tua berumur 50 tahun?”. Saya terdiam. Dia melanjutkan, ”Jika anda tidak akan melakukannya, bagaimana bisa Anda menyetujui pernikahan gadis polos berumur 7 tahun, Aisyah, dengan Nabi Anda?” Saya katakan padanya, ”Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaan Anda pada saat ini.” Teman saya tersenyum dan meninggalkan saya dengan guncangan dalam batin saya akan agama saya.
Kebanyakan muslim menjawab bahwa pernikahan seperti itu diterima masyarakat pada saat itu. Jika tidak, orang-orang akan merasa keberatan dengan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah. Bagaimanapun, penjelasan seperti ini akan mudah menipu bagi orang-orang yang naif dalam mempercayainya. Tetapi, saya tidak cukup puas dengan penjelasan seperti itu.
Nabi merupakan manusia tauladan. Semua tindakannya paling patut dicontoh sehingga kita, muslim dapat meneladaninya. Bagaimana pun, kebanyakan orang di Islamic Center of Toledo, termasuk saya, tak akan berpikir untuk menunangkan saudara perempuan yang berumur 7 tahun dengan seorang laki-laki berumur 50 tahun. Jika orang tua setuju dengan pernikahan seperti itu, kebanyakan orang, walaupun tidak semuanya, akan memandang rendah terhadap orang tua dan suami tua tersebut.
Tahun 1923, pencatat pernikahan di Mesir diberi intruksi untuk menolak pendaftaran dan menolak mengeluarkan surat nikah bagi calon suami berumur dibawah 18 tahun , dan calon isteri dibawah 16 tahun. Tahun 1931, Sidang dalam organisasi-organisasi hukum dan syariah menetapkan untuk tidak merespon pernikahan bagi pasangan dengan umur diatas (Women in Muslim Family Law, John Esposito, 1982). Ini memperlihatkan bahwa walaupun di negara Mesir yang mayoritas muslim pernikahan usia anak-anak adalah tidak dapat diterima. Jadi, saya percaya, tanpa bukti yang solid pun selain perhormatan saya thd Nabi, bahwa cerita pernikahan gadis brumur 7 tahun dengan Nabi berumur 50 tahun adalah mitos semata. Bagaimanapun perjalanan panjang saya dalam menyelelidiki kebenaran atas hal ini membuktikan intuisi saya benar adanya.
Nabi memang seorang yang gentleman. Dan dia tidak menikahi gadis polos berumur 7 atau 9 tahun. Umur Aisyah telah dicatat secara salah dalam literatur hadist. Lebih jauh, saya pikir bahwa cerita yang menyebutkan hal ini sangatlah tidak bisa dipercaya. Beberapa hadist (tradisi Nabi) yang menceritakan mengenai umur Aisyah pada saat pernikahannya dengan Nabi, hadist-hadist tsb sangat bermasalah. Saya akan menyajikan beberapa bukti melawan khayalan yang diceritakan Hisyam ibnu `Urwah dan untuk membersihkan nama Nabi dari sebutan seorang tua yang tidak bertanggung jawab yang menikahi gadis polos berumur 7 tahun.
BUKTI #1: PENGUJIAN TERHADAP SUMBER
Sebagaian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak di hadits yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari Bapaknya yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Adalah aneh bahwa tak ada seorang pun yang di Madinah, di mana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Madinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini. Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, di mana Hisham tinggal disana dan pindah dari Madinah ke Iraq pada usia tua. Tahzibu at-Tahzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : ”Hisham sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq” (Tahzibu at-Tahzib, Ibn Hajar Al-`Asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).
Dalam pernyataan lebih lanjut bahwa Malik ibn Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq: ”Saya pernah diberitahu bahwa Malik menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq” (Tahzibu at-Tahzib, IbnHajar Al- `Asqala’ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol.11, p. 50). Mizanu al-I`tidal, buku lain yang berisi uraian riwayat hidup para periwayat hadist Nabi saw mencatat: ”Ketika masa tua, ingatan Hisham mengalami kemunduran yang mencolok” (Mizanu al-I`tidal, Al-Dzahabi, Al-Maktabatu’l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4, p. 301).
KESIMPULAN: berdasarkan referensi ini, Ingatan Hisham sangatlah jelek dan riwayatnya setelah pindah ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak kredibel.
KRONOLOGI: Adalah vital untuk mencatat dan mengingat tanggal penting dalam sejarah Islam:
pra-610 M: Jahiliyah (pra-Islamic era) sebelum turun wahyu
610 M: turun wahyu pertama dan Abu Bakar menerima Islam
613 M: Nabi Muhammad saw mulai mengajar ke Masyarakat
615 M: Hijrah ke Abyssinia.
616 M: Umar bin al Khattab menerima Islam.
620 M: dikatakan Nabi meminang Aisyah
622 M: Hijrah ke Yathrib, kemudian dinamai Madinah al-Munawwarah
623/624 M: dikatakan Nabi saw berumah tangga dengan Aisyah
BUKTI #2: MEMINANG
Menurut Thabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun.
Tetapi, di bagian lain, At-Thabari mengatakan: ”Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa jahiliyah dari 2 isterinya” (Tarikhu al-umam wa al-muluk, At-Thabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara’l-fikr, Beirut, 1979). Jika Aisyah dipinang 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623/624 M (usia 9 tahun), ini mengindikasikan bahwa Aisyah dilahirkan pada 613 M. Sehingga berdasarkan tulisan At-Thabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613 M, Yaitu 3 tahun sesudah masa jahiliyah usai (610 M). Thabari juga menyatakan bahwa Aisyah dilahirkan pada saat jahiliyah. Jika Aisyah dilahirkan pada era Jahiliyah, seharusnya minimal Aisyah berumur 14 tahun ketika dinikahi. Intinya: Thabari mengalami kontradiksi dalam periwayatannya.
KESIMPULAN: Al-Thabari tak reliable mengenai umur Aisyah ketika menikah.
BUKTI # 3: Umur Aisyah jika dihubungkan dengan umur Fatimah
Menurut Ibn Hajar, ”Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun… Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah” (Al-isabah fi tamyizi ash-shahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu’l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).
Jika statement Ibn Hajar adalah faktual, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.
KESIMPULAN: Ibn Hajar, Thabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal kontradiksi satu sama lain. Tetapi tampak nyata bahwa riwayat Aisyah menikah usia 7 tahun adalah mitos tak berdasar.
BUKTI #4: Umur Aisyah dihitung dari umur Asma’
Menurut Abdur Rahman ibn Abi Zannad: ”Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah” (Siyar Al-a’lam An-nubala’, Al-Dzahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu’assasatu’l-risalah, Beirut, 1992).
Menurut Ibn Kathir: ”Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya [Aisyah]” (Al-Bidayah wa an-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933).
Menurut Ibn Kathir: ”Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut iwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau bebrapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun” (Al-Bidayah wa An-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al- jizah, 1933)
Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: ”Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 or 74 H.” (Taqribu At-tahdzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654,Arabic, Bab fi’l-nisa’, al-harfu’l-alif, Lucknow).
Menurut sebagaian besar ahli sejarah, Asma, Saudara tertua dari Aisyah berselisih usia 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun dia tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (622M). Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun. Jadi, Aisyah, berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada taun dimana Aisyah berumah tangga. Berdasarkan Ibnu Hajar, Ibn Katir, dan Abdur Rahman ibn Abi Zannad, usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun. Dalam bukti # 3, Ibn Hajar memperkirakan usia Aisyah 12 tahun dan dalam bukti #4 Ibn Hajar mengkontradiksi dirinya sendiri dengan pernyataannya usia Aisyah 17 atau 18 tahun. Jadi mana usia yang benar ? 12 atau 18..?
kesimpulan: Ibn Hajar tidak valid dalam periwayatan usia Aisyah.
BUKTI #5: Perang BADAR dan UHUD
Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim (Kitabu al-jihad wa as-siyar, Bab Karahiyati al-Isti`anah fi al-Ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu momen penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: ”ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar. Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu al-jihad wa as-siyar, Bab Ghazwi an-nisa’ wa qitalihinna ma`a ar-Rijal): ”Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb].” Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud dan Badr. Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu al-Maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): ”Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb.”
Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 thn akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perangm, dan (b) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud
KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.
BUKTI #6: Surat al-Qamar (Bulan)
Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: ”Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan (Sahih Bukhari, kitabu at-tafsir, BabQaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).
Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah (The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. Jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah n Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan. Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir ketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane’s Arabic English Lexicon). Jadi, Aisyah, telah menjadi ariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karena itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikahi Nabi.
Kesimpulan: riwayat ini juga mengkontra riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.
BUKTI #7: Terminologi Bahasa Arab
Menurut riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepadanya ttg pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata: ”Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) atau seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)”. Ketika Nabi bertanya ttg identitas gadis tsb (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah. Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata bikr dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun. Kata yang tepat untuk gadis belia yang masih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan dimuka, adalah jariyah. Bikr disisi lain, digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaiaman kita pahami dalam bahasa Inggris “virgin“.
Oleh karena itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah “wanita” (bikr) (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p.210,Arabic, Dar Ihya al-turath al-`arabi, Beirut).
Kesimpulan: Arti literal dari kata, bikr (gadis), dalam hadist diatas adalah ”wanita dewasa yang belum punya pengalaman sexual dalam pernikahan.” Oleh karena itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu menikahnya.
BUKTI #8. Teks Qur’an
Seluruh muslim setuju bahwa Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Qur’an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun? Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat, yang bagaimanapun, yang menuntun muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Petunjuk Qur’an mengenai perlakuan anak Yatim juga valid diaplikasikan ada anak kita sendiri sendiri. Ayat tsb mengatakan : ”Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (Qs. 4:5) Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. ?” (Qs. 4:6)
Dalam hal seorang anak yang ditinggal orang tuanya, Seorang muslim diperintahkan untuk (a) memberi makan mereka, (b) memberi pakaian, (c) mendidik mereka, dan (d) menguji mereka thd kedewasaan “sampai usia menikah” sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.
Disini, ayat Qur’an menyatakan ttg butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang objektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka. Dalam ayat yang sangat jelas di atas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggungjawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun. Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, gadis tsb secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah. Ibn Hambal (Musnad Ahmad ibn Hambal, vol.6, p. 33 and 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untuk bermain dengan mainannya daripada mengambi tugas sebagai isteri. Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa Abu Bakar,seorang tokoh muslim, akan menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 taun dengan Nabi yang berusia 50 tahun. Sama sulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.
Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan,”berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?” Jawabannya adalah Nol besar. Logika kita berkata, adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?
Abu Bakr merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, Jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur’an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliau akan menolak dengan tegas karena itu menentang hukum-hukum Quran.
Kesimpulan: Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hokum kedewasaan yang dinyatakan Quran. Oleh karean itu, Cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun adalah mitos semata.
BUKTI #9: Ijin dalam pernikahan
Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, p. 665). Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi kesyahan sebuah pernikahan. Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan. Adalah tidak terbayangkan bahwa Abu Bakr, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan menanggapi secara keras ttg persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun. Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis yang menurut hadits dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.
Kesimpulan: Rasulullah tidak menikahi gadis berusia 7 tahun karena akan tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan islami ttg klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan Nabi menikahi Aisyah seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.
SUMMARY:
Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia 9 tahun, Demikian juga tidak ada pernikahan Rasulullah saw dan Aisyah ketika berusia 9 tahun. Orang-orang arab tidak pernha keberatan dengan pernikahan seperti ini, karean ini tak pernah terjadi sebagaimana isi beberapa riwayat.
Jelas nyata, riwayat pernikahan Aisyah pada usia 9 tahun oleh Hisham ibn `Urwah tidak bisa dianggap sebagai kebenaran, dan kontradisksi dengan riwayat-riwayat lain. Lebih jauh, tidak ada alasan yang nyata untuk menerima riwayat Hisham ibn `Urwah sebagai kebenaran ketika para pakar lain, termasuk Malik ibn Anas, melihat riwayat Hisham ibn `Urwah selama di Iraq adalah tidak reliable. Pernyataan dari Tabari, Bukhari dan Muslim menunjukkan mereka kontradiksi satu sama lain mengenai usia menikah bagi Aisyah. Lebih jauh, beberapa pakar periwayat mengalami internal kontradiksi dengan riwayat-riwayatnya sendiri. Jadi, riwayat usia Aisyah 9 tahun ketika menikah adalah tidak reliable karena adanya kontradiksi yang nyata pada catatan klasik dari pakar sejarah Islam.
Oleh karena itu, tidak ada alasan absolut untuk menerima dan mempercayai usia Aisyah 9 tahun ketika menikah sebagai sebuah kebenaran disebabkan cukup banyak latar belakang untuk menolak riwayat tsb dan lebih layak disebut sebagai mitos semata. Lebih jauh, Qur’an menolak pernikahan gadis dan lelaki yang belum dewasa sebagaimana tidak layak membebankan kepada mereka tanggung jawab-tanggung jawab.
SILAHKAN DICOPAS DAN DISEBARKAN
sumber: http://www.badilag.net/index.php?option=com_content&task=view&id=2514&Itemid=260
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh. "Jangan bersedih, Perbanyaklah mohon ampun, karena sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun." Dalam hidup ini kita akan melihat baik dan buruk. kadang mengalami hari yang cerah, kadang mendung. Sesaat kita di bawah, sebentar kita di atas. Ada kalanya kita senang dan ceria, ada waktunya kita sedih, dan sakit. tapi tetap inget 1 kata : S.E.M.A.N.G.A.T dan selalu Berpikir Positif. Belajar >>> Sukses Terus...!!!
Tampilkan postingan dengan label Yg Pengen Nikah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yg Pengen Nikah. Tampilkan semua postingan
Selasa, 02 Februari 2010
Senin, 25 Januari 2010
peran seorang imam
Idealnya setiap wanita pasti menginginkan seorang imam untuk memimpin rumah tangganya dalam berbagai aspek kehidupan. Seorang imam yang kelak dapat mengajarkan budi pekerti yang baik kepada keluarganya, karena dalam hal ini kelak seorang imam akan dipertanggungjawabkan kepemimpinannya di akhirat atas apa yg dipimpinnya..
"Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya…(HR al-Bukhari dan Muslim)."
Bukan hanya peran seorang imam saja yang akan dipertanggungjawabkan, begitu juga makmumnya. Seperti yang dituliskan dalam hadist riwayat Bukhari ini "Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas makmumnya, seorang laki-laki adalah pemimpin bagi dia dan keluarganya dan bertanggung jawab pula atas keluarganya, dan perempuan, adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dia arahkan” (HR Bukhari).
Rasulullah saw. telah menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda di dalam sebuah keluarga. Suami sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta penjamin kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan-tidaknya fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai-tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik. Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi, sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi, dan fungsi reliji (keagamaan).
Sebaliknya, seorang istri juga perlu selalu menyambut suami dengan menampakkan wajah berseri-seri dan memakai wewangian. Kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga juga meliputi hubungan antara orangtua dan anak. Suasana ibadah dapat ditumbuhkan di tengah keluarga dengan terbiasa melakukan shalat berjamaah, tadarus bersama, shaum sunnah dan qiyamullail. Rasulullah saw. memuliakan suami istri yang terbiasa melakukan qiyamullail bersama, “Semoga Allah merahmati lelaki yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan bangun, ia memercikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, ia memercikkan air di wajahnya. (HR Abu Dawud dan Ibn Majah).
Subhânallâh! indahnya kebersamaan seperti ini yaa apalagi jika dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.. saling mengingatkan satu sama lain, memahami peran dan fungsi masing-masing.
Sebagai seorang istri, sayapun jauh dari kesempurnaan.. masih banyak hal dan sikap yang secara tidak saya sadari melukai dan menyalahi kewajiban2 sebagai seorang istri kepada suami. Contoh kecil misalnya.. suatu malam saya bermaksud mengingatkan suami saya untuk melaksanakan shalat isa, dan bertanya "udah sholat isa blm?", seketika itu dia menjawab "barusan udah ko". Saat itu saya sendiri kurang yakin dengan jawaban beliau. Lalu saya berusaha meyakinkan kembali jawaban itu, dengan mengecek keadaan mushola. Dan apa yang saya lihat ternyata menjadi jawaban atas keraguan itu. Posisi sarung, lipatan sarung masih terlihat sama seperti pada saat saya shalat maghrib disana. hhhh, otomatis saya kecewa mengetahui hal itu.. dan akhirnya dengan skill interogasi saya yg ckp handal (hehe), mencoba untuk menanyakan kembali apakah memang betul sudah shalat.. tp yaaa jawaban masih seperti semula. Ya sudaaah, akhirnya malam itu saya tidur dengan penuh kekecewaan dgn sedikit merenung dan bertanya-tanya . "mengapa harus berbohong untuk sesuatu yang seharusnya menjadi kebutuhannya..?" padahal sayapun tidak bermaksud untuk memaksa dia melaksanakannya. Ini hanyalah sebagian dari tanggungjawab saya sebagai seorang isteri. Keesokannya seperti biasa saya menyiapkan roti, susu dan pakaian yang hendak beliau kenakan untuk bekerja. Saat itu kekecewaan saya belum bisa terobati dan itu terefleksi di raut wajah saya. Sampai beliaupun bisa menangkap raut wajah saya di pagi itu . Akhirnya beliau berangkat kerja, dan saya melepas kepergian beliau dengan wajah yaaang tidak bersahabat, tidak nampak sebuah senyuman hangat sedikitpun. Maafkan suamikuuu..
Sontak saya tersadarkan diri dalam shalat.. Astaghfirullah.. saya telah berdosa memperlakukan saumi saya sendiri seperti itu, dan hanya dalam do'a saya bersimpuh memohon ampun atas segala kekhilafan yang telah saya lakukan dipagi itu.
Saya mendapatkan banyak pembelajaran, disini..bahwa kesabaran itu tak berbatas 'no matter what it takes, sepanjang kita meyakini Allah SWT akan senantiasa memberikan jalan atas niat -niat kita.. (amin ya rabbal 'alamiin).. insyaAllah seberat apapun beban yang kita pikul itu akan menjadi terasa lebih ringan.. Ketika itu, beban yang tadinya trasa menumpuk menjadi lebih ringan, karna saya pikir jika saya sendiri tidak dapat mengetuk pintu hatinya, biarlah Allah yang akan memberikan cahaya.. Saya serahkan kembali ketidakberdayaan ini kepada-Nya, karena Allah maha mengetahui. Hanya waktu yang dapat menjawab kapan itu tiba.. Dan saat itu juga saya kembali menyadari peran saya sebagai seorang isteri yang berkewajiban untuk selalu mengingatkan suami, apapun itu nanti reaksinya, insyaAllah saya tidak akan pernah menyerah.. (doakan yaa..). Hasilnya pagi ini, saya mengantarkan suami saya bekerja dengan senyuman yang suami saya harapkan.. dan berdoa dalam hati "agar Allah SWT senantiasa melindungi perjalanannya, dimudahkan langkahnya dalam mencari nafkah.. hhh, tenangnya hati ini..
No body's perfect.. Kita selalu mengharapkan sesuatu yang lebih dari oranglain tanpa berkeinginan untuk dapat memperbaikinya dan bahkan memperbaiki diri sendiri, nonsense!! kita ngga kan dapatkan apapun kecuali rasa ketidakpuasan yang berkepanjangan atas kekurangan itu. Jadi selayaknya kita bersyukur atas apa yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita. kekurangan dan keburukan pasangan kita, saya rasa itu bukanlah masalah penting, yang penting adalah kemauan kita untuk dapat menjadi individu yang lebih baik dari hari ke hari.
Saya bersyukur atas segala kenikmatan yang telah Allah berikan kepada saya, dalam kekurangan dan kelimpahan...
Well guys, disini saya tidak bermaksud membuka kekurangan saya dan pasangan saya, karena seperti pepatah bilang suamimu adalah pakaianmu, jangan kau buka aib suamimu sendiri.. seperti kau membuka pakaianmu sendiri..
Tetapi dalam hal ini saya hanya mencoba berbagi untuk dapat memberikan nilai dan cara pandang lain dalam menyikapi keadaan2 seperti ini. dan mungkin teman-teman yang baca ini juga punya cara pandang yang berbeda..
Saya hanya seorang wanita yang sedang belajar memaknai peran saya sebagai seorang istri..
By: Ninos Sang Pujangga
"Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya…(HR al-Bukhari dan Muslim)."
Bukan hanya peran seorang imam saja yang akan dipertanggungjawabkan, begitu juga makmumnya. Seperti yang dituliskan dalam hadist riwayat Bukhari ini "Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas makmumnya, seorang laki-laki adalah pemimpin bagi dia dan keluarganya dan bertanggung jawab pula atas keluarganya, dan perempuan, adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dia arahkan” (HR Bukhari).
Rasulullah saw. telah menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda di dalam sebuah keluarga. Suami sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta penjamin kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan-tidaknya fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai-tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik. Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi, sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi, dan fungsi reliji (keagamaan).
Sebaliknya, seorang istri juga perlu selalu menyambut suami dengan menampakkan wajah berseri-seri dan memakai wewangian. Kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga juga meliputi hubungan antara orangtua dan anak. Suasana ibadah dapat ditumbuhkan di tengah keluarga dengan terbiasa melakukan shalat berjamaah, tadarus bersama, shaum sunnah dan qiyamullail. Rasulullah saw. memuliakan suami istri yang terbiasa melakukan qiyamullail bersama, “Semoga Allah merahmati lelaki yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan bangun, ia memercikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, ia memercikkan air di wajahnya. (HR Abu Dawud dan Ibn Majah).
Subhânallâh! indahnya kebersamaan seperti ini yaa apalagi jika dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.. saling mengingatkan satu sama lain, memahami peran dan fungsi masing-masing.
Sebagai seorang istri, sayapun jauh dari kesempurnaan.. masih banyak hal dan sikap yang secara tidak saya sadari melukai dan menyalahi kewajiban2 sebagai seorang istri kepada suami. Contoh kecil misalnya.. suatu malam saya bermaksud mengingatkan suami saya untuk melaksanakan shalat isa, dan bertanya "udah sholat isa blm?", seketika itu dia menjawab "barusan udah ko". Saat itu saya sendiri kurang yakin dengan jawaban beliau. Lalu saya berusaha meyakinkan kembali jawaban itu, dengan mengecek keadaan mushola. Dan apa yang saya lihat ternyata menjadi jawaban atas keraguan itu. Posisi sarung, lipatan sarung masih terlihat sama seperti pada saat saya shalat maghrib disana. hhhh, otomatis saya kecewa mengetahui hal itu.. dan akhirnya dengan skill interogasi saya yg ckp handal (hehe), mencoba untuk menanyakan kembali apakah memang betul sudah shalat.. tp yaaa jawaban masih seperti semula. Ya sudaaah, akhirnya malam itu saya tidur dengan penuh kekecewaan dgn sedikit merenung dan bertanya-tanya . "mengapa harus berbohong untuk sesuatu yang seharusnya menjadi kebutuhannya..?" padahal sayapun tidak bermaksud untuk memaksa dia melaksanakannya. Ini hanyalah sebagian dari tanggungjawab saya sebagai seorang isteri. Keesokannya seperti biasa saya menyiapkan roti, susu dan pakaian yang hendak beliau kenakan untuk bekerja. Saat itu kekecewaan saya belum bisa terobati dan itu terefleksi di raut wajah saya. Sampai beliaupun bisa menangkap raut wajah saya di pagi itu . Akhirnya beliau berangkat kerja, dan saya melepas kepergian beliau dengan wajah yaaang tidak bersahabat, tidak nampak sebuah senyuman hangat sedikitpun. Maafkan suamikuuu..
Sontak saya tersadarkan diri dalam shalat.. Astaghfirullah.. saya telah berdosa memperlakukan saumi saya sendiri seperti itu, dan hanya dalam do'a saya bersimpuh memohon ampun atas segala kekhilafan yang telah saya lakukan dipagi itu.
Saya mendapatkan banyak pembelajaran, disini..bahwa kesabaran itu tak berbatas 'no matter what it takes, sepanjang kita meyakini Allah SWT akan senantiasa memberikan jalan atas niat -niat kita.. (amin ya rabbal 'alamiin).. insyaAllah seberat apapun beban yang kita pikul itu akan menjadi terasa lebih ringan.. Ketika itu, beban yang tadinya trasa menumpuk menjadi lebih ringan, karna saya pikir jika saya sendiri tidak dapat mengetuk pintu hatinya, biarlah Allah yang akan memberikan cahaya.. Saya serahkan kembali ketidakberdayaan ini kepada-Nya, karena Allah maha mengetahui. Hanya waktu yang dapat menjawab kapan itu tiba.. Dan saat itu juga saya kembali menyadari peran saya sebagai seorang isteri yang berkewajiban untuk selalu mengingatkan suami, apapun itu nanti reaksinya, insyaAllah saya tidak akan pernah menyerah.. (doakan yaa..). Hasilnya pagi ini, saya mengantarkan suami saya bekerja dengan senyuman yang suami saya harapkan.. dan berdoa dalam hati "agar Allah SWT senantiasa melindungi perjalanannya, dimudahkan langkahnya dalam mencari nafkah.. hhh, tenangnya hati ini..
No body's perfect.. Kita selalu mengharapkan sesuatu yang lebih dari oranglain tanpa berkeinginan untuk dapat memperbaikinya dan bahkan memperbaiki diri sendiri, nonsense!! kita ngga kan dapatkan apapun kecuali rasa ketidakpuasan yang berkepanjangan atas kekurangan itu. Jadi selayaknya kita bersyukur atas apa yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita. kekurangan dan keburukan pasangan kita, saya rasa itu bukanlah masalah penting, yang penting adalah kemauan kita untuk dapat menjadi individu yang lebih baik dari hari ke hari.
Saya bersyukur atas segala kenikmatan yang telah Allah berikan kepada saya, dalam kekurangan dan kelimpahan...
Well guys, disini saya tidak bermaksud membuka kekurangan saya dan pasangan saya, karena seperti pepatah bilang suamimu adalah pakaianmu, jangan kau buka aib suamimu sendiri.. seperti kau membuka pakaianmu sendiri..
Tetapi dalam hal ini saya hanya mencoba berbagi untuk dapat memberikan nilai dan cara pandang lain dalam menyikapi keadaan2 seperti ini. dan mungkin teman-teman yang baca ini juga punya cara pandang yang berbeda..
Saya hanya seorang wanita yang sedang belajar memaknai peran saya sebagai seorang istri..
By: Ninos Sang Pujangga
TIPs menCARi JOdoH..........)(*&&
Pertama: Jangan Ngoyo.
Ketika berkenalan dengan wanita/pria, jangan
langsung memberi garis bawah 'saya mau cari suami/istri bukan cari
pacar'. Biarkan hubungan mengalir secara alami. Kalau memang jodoh
akan bertaut, kalau tidak ya lepaskan. Kalau dari awal sudah memberi
bendera, orang akan berpikir bahwa kita desperate sekali.
Kedua: Jangan takabur.
Kalau memiliki kelebihan wajah, bentuk tubuh,
jabatan, prestasi akademik, kadang membuat kita menjadi takabur.
Walaupun berusaha untuk low profile, tetapi kalau masih berfikir 'saya
punya kelebihan dari dia', tetap efeknya akan kelihatan. Contohnya: ah
saya kan cantik, nggak dapat dia juga ngga apa apa. Ah saya kan kaya,
ngapain juga saya ngejar dia, nanti dia cuma matre lagi. Pemikiran itu
pasti akan timbul jika Anda terlalu takabur.
Ketiga: Jangan terlalu murah.
Dalam arti ketika berkenalan dengan
seseorang. Langsung berharap 'wah seandainya dia pasanganku'. Karena
beranggapan seperti itu, manusia cenderung menjadi posesif. Menelpon
setiap hari, mengirim email atau chat setiap hari. Padahal baru ketemu
satu kali. Saya setiap berkenalan dengan pria dan bertemu di restaurant
atau coffee shop, tidak pernah menelpon pria tersebut. Saya biarkan
saja selama satu minggu. Kalau dia tertarik pasti dia akan berusaha untuk
menelpon kembali. Dan jika hubungan berlanjut, saya hanya menelpon dia
sehari sekali. Beri space banyak banyak agar hubungan tidak jenuh.
Keempat: Jangan terlalu bergantung.
Banyak wanita menganggap bahwa setiap kencan
harus prialah yang membayar makanan. Saya pribadi tidak
pernah membiarkan si pria membayar makanan pun kalau dianya memaksa
membayar, di kencan berikutnya sayalah yang membayar makanan. Sekarang
begini rumusnya: Pria juga bekerja keras mendapatkan uang sama dengan
wanita. Jadi saya pikir, samalah posisinya.
Kelima: Banyak membaca.
Dengan memiliki pengetahuan yang luas
pembicaraan akan mengalir dengan lancar. Saya sering bertemu dengan
pria pemalu. Mereka tidak tahu bagaimana memulai suatu percakapan.
Biasanya saya yang selalu guide dia untuk bicara. Kalau saya mulai
bicara topik satu kelihatan dia tidak interest, langsung saya ganti
topik lain. Jangan putus asa memulai pembicaraan tapi jangan terus
menerus bicara, beri kesempatan buat dia untuk memberi jawaban atau
tanggapan. Tatap matanya langsung ketika dia bicara. Tempat yang cocok
untuk memulai kencan, coffee shop, karena saya jamin tidak akan banyak
waitress yang hilir mudik menganggu kalian.
Keenam: Keep trying and be yourself.
Jangan pernah dengarkan pendapat
orang lain mengenai si DIA. Tapi gunakan insting dan tampilkan diri
Anda apa adanya.
KLO da taMbahaN toloNG sharE di Komentar/////...
wassalamuaalaikuM........
Ketika berkenalan dengan wanita/pria, jangan
langsung memberi garis bawah 'saya mau cari suami/istri bukan cari
pacar'. Biarkan hubungan mengalir secara alami. Kalau memang jodoh
akan bertaut, kalau tidak ya lepaskan. Kalau dari awal sudah memberi
bendera, orang akan berpikir bahwa kita desperate sekali.
Kedua: Jangan takabur.
Kalau memiliki kelebihan wajah, bentuk tubuh,
jabatan, prestasi akademik, kadang membuat kita menjadi takabur.
Walaupun berusaha untuk low profile, tetapi kalau masih berfikir 'saya
punya kelebihan dari dia', tetap efeknya akan kelihatan. Contohnya: ah
saya kan cantik, nggak dapat dia juga ngga apa apa. Ah saya kan kaya,
ngapain juga saya ngejar dia, nanti dia cuma matre lagi. Pemikiran itu
pasti akan timbul jika Anda terlalu takabur.
Ketiga: Jangan terlalu murah.
Dalam arti ketika berkenalan dengan
seseorang. Langsung berharap 'wah seandainya dia pasanganku'. Karena
beranggapan seperti itu, manusia cenderung menjadi posesif. Menelpon
setiap hari, mengirim email atau chat setiap hari. Padahal baru ketemu
satu kali. Saya setiap berkenalan dengan pria dan bertemu di restaurant
atau coffee shop, tidak pernah menelpon pria tersebut. Saya biarkan
saja selama satu minggu. Kalau dia tertarik pasti dia akan berusaha untuk
menelpon kembali. Dan jika hubungan berlanjut, saya hanya menelpon dia
sehari sekali. Beri space banyak banyak agar hubungan tidak jenuh.
Keempat: Jangan terlalu bergantung.
Banyak wanita menganggap bahwa setiap kencan
harus prialah yang membayar makanan. Saya pribadi tidak
pernah membiarkan si pria membayar makanan pun kalau dianya memaksa
membayar, di kencan berikutnya sayalah yang membayar makanan. Sekarang
begini rumusnya: Pria juga bekerja keras mendapatkan uang sama dengan
wanita. Jadi saya pikir, samalah posisinya.
Kelima: Banyak membaca.
Dengan memiliki pengetahuan yang luas
pembicaraan akan mengalir dengan lancar. Saya sering bertemu dengan
pria pemalu. Mereka tidak tahu bagaimana memulai suatu percakapan.
Biasanya saya yang selalu guide dia untuk bicara. Kalau saya mulai
bicara topik satu kelihatan dia tidak interest, langsung saya ganti
topik lain. Jangan putus asa memulai pembicaraan tapi jangan terus
menerus bicara, beri kesempatan buat dia untuk memberi jawaban atau
tanggapan. Tatap matanya langsung ketika dia bicara. Tempat yang cocok
untuk memulai kencan, coffee shop, karena saya jamin tidak akan banyak
waitress yang hilir mudik menganggu kalian.
Keenam: Keep trying and be yourself.
Jangan pernah dengarkan pendapat
orang lain mengenai si DIA. Tapi gunakan insting dan tampilkan diri
Anda apa adanya.
KLO da taMbahaN toloNG sharE di Komentar/////...
wassalamuaalaikuM........
Minggu, 24 Januari 2010
SahaBaT jadI cINta.:'''''{}
Kepada sahabat2ku yang masih LAJANG
Cinta ibarat kupu-kupu, makin kau kejar, makin ia menghindar
Tapi bila kau biarkan ia terbang, Ia akan menghampirimu di saat kau tak menduganya.
Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula menyakiti,
Dan cinta itu hanya istimewa bila kau berikan pada seseorang yang layak menerima.
Jadi tenang-tenang saja, jangan terburu-buru dan pilihlah yang terbaik.
Kepada sahabat2ku yang akan MENGAKHIRI MASA LAJANG
Cinta dan pernikahan bukanlah perkara menjadi “sempurna”nya seseorang.
Tapi justru perkara menemukan seseorang yang bias membantu menjadikan dirimu sempurna.
Kepada sahabat2ku yang BERTUNANGAN
Tolak ukur saling mencocoki bukanlah seberapa lamanya waktu yang kalian habiskan bersama,
Melainkan seberapa baik waktu yang dihabiskan bersama.
Menentukan pasangan bukanlah seberapa tepat pilihan kita,
Melainkan seberapa yakin kita terhadap pasangan kita.
Kepada sabahat2ku yang PLAYBOY/GIRL
Jangan katakan “aku cinta padamu” bila kau tidak benar-benar peduli.
Jangan bicarakan soal perasaan bila itu tidak benar-benar ada.
Jangan kau sentuh hidup seseorang bila kau berniat mematahkan hati.
Jangan menatap kedalam mata bila yang kau lakukanhanya berbohong.
Hal terkejam yang kau lakukan ialah membuat seseorang jatuh cinta, padahal kau tidak berniat samasekali untuk menerimanya saat ia terjatuh.
Kepada sahabat2ku yang PATAH HATI
Hatimu patah melihat yang kau cinta berbahagia dengan orang lain.
Tapi akan lebih sakit lagi mengetahui bahwa yang kau cintai ternyata tidak bahagia denganmu.
Sakit patah hati bertahan selama kau menginginkannya.
Dan akan mengiris luka sedalam kau membiarkannya.
Tantangan bukanlah bagaimana bisa mengatasi,
Melainkan apa yang bisa diambil sebagai pelajaran dan hikmahnya.
Kepada sahabat2ku yang TAKUT MENGAKUI
Cinta menyakitkan bila kamu memutuskan hubungan dengan seseorang.
Lebih sakit lagi bila seseorang memutuskan hubungan denganmu.
Tapi yang paling menyakitkan bila orang yang kau cintai sama sekali tidak mencintaimu.
Kepada sahabat2ku yang MASIH BERTAHAN
Hal menyedihkan dalam hidup ialah bila kau bertemu seseorang lalu jatuh cinta,
Hanya kemudian pada akhirnya menyadari, bahwa dia bukanlah jodohmu, dan kau telah menyiakan waktu bertahun2 untuk seseorang yang tidak layak.
Kalau sekarang ia tak layak, 10 tahun dari sekarangpun ia juga tak akan layak.
Biarkan dia pergi, lupakan….
DAN HIDUP INI AKAN INDAH KALAU KITA MENJALANI DENGAN IKHLAS N” TULUS :)
Cinta ibarat kupu-kupu, makin kau kejar, makin ia menghindar
Tapi bila kau biarkan ia terbang, Ia akan menghampirimu di saat kau tak menduganya.
Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula menyakiti,
Dan cinta itu hanya istimewa bila kau berikan pada seseorang yang layak menerima.
Jadi tenang-tenang saja, jangan terburu-buru dan pilihlah yang terbaik.
Kepada sahabat2ku yang akan MENGAKHIRI MASA LAJANG
Cinta dan pernikahan bukanlah perkara menjadi “sempurna”nya seseorang.
Tapi justru perkara menemukan seseorang yang bias membantu menjadikan dirimu sempurna.
Kepada sahabat2ku yang BERTUNANGAN
Tolak ukur saling mencocoki bukanlah seberapa lamanya waktu yang kalian habiskan bersama,
Melainkan seberapa baik waktu yang dihabiskan bersama.
Menentukan pasangan bukanlah seberapa tepat pilihan kita,
Melainkan seberapa yakin kita terhadap pasangan kita.
Kepada sabahat2ku yang PLAYBOY/GIRL
Jangan katakan “aku cinta padamu” bila kau tidak benar-benar peduli.
Jangan bicarakan soal perasaan bila itu tidak benar-benar ada.
Jangan kau sentuh hidup seseorang bila kau berniat mematahkan hati.
Jangan menatap kedalam mata bila yang kau lakukanhanya berbohong.
Hal terkejam yang kau lakukan ialah membuat seseorang jatuh cinta, padahal kau tidak berniat samasekali untuk menerimanya saat ia terjatuh.
Kepada sahabat2ku yang PATAH HATI
Hatimu patah melihat yang kau cinta berbahagia dengan orang lain.
Tapi akan lebih sakit lagi mengetahui bahwa yang kau cintai ternyata tidak bahagia denganmu.
Sakit patah hati bertahan selama kau menginginkannya.
Dan akan mengiris luka sedalam kau membiarkannya.
Tantangan bukanlah bagaimana bisa mengatasi,
Melainkan apa yang bisa diambil sebagai pelajaran dan hikmahnya.
Kepada sahabat2ku yang TAKUT MENGAKUI
Cinta menyakitkan bila kamu memutuskan hubungan dengan seseorang.
Lebih sakit lagi bila seseorang memutuskan hubungan denganmu.
Tapi yang paling menyakitkan bila orang yang kau cintai sama sekali tidak mencintaimu.
Kepada sahabat2ku yang MASIH BERTAHAN
Hal menyedihkan dalam hidup ialah bila kau bertemu seseorang lalu jatuh cinta,
Hanya kemudian pada akhirnya menyadari, bahwa dia bukanlah jodohmu, dan kau telah menyiakan waktu bertahun2 untuk seseorang yang tidak layak.
Kalau sekarang ia tak layak, 10 tahun dari sekarangpun ia juga tak akan layak.
Biarkan dia pergi, lupakan….
DAN HIDUP INI AKAN INDAH KALAU KITA MENJALANI DENGAN IKHLAS N” TULUS :)
Langganan:
Postingan (Atom)