Tampilkan postingan dengan label POHON INSPIRASI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label POHON INSPIRASI. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 Februari 2010

Pohon-pohon yang Menangis

Saat musim kampanye Pemiihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) banyak baliho menancap di pepohonan. Para pemasang atribut partai politik dan caleg maupun calon kepada daerah memaku dan menjerat pohon-pohon dengan paku besar dan kawat tebal. Paku dan kawat bertebaran di tubuh pepohonan khususnya yang berada di tempat strategis.

Penancap paku dan pengikat kawat itu sangat paham, perbuatannya tak mebuat pohon mati. Kita juga sepakat dengan itu. Pengelola taman dan jalur hijau juga menyadari pohon-pohon itu akan tetap hidup. Atribut-atribut itu akan mendatangkan banyak uang dari perijinan. Kali ini pohon dirasakan “manfaat”nya bagi pemerintah dan pemilik pohon.

Kita juga perlu menyadari, pohon itu makhluk-Nya yang hidup. Dia punya anggota dan organ tubuh yang merasa seperti halnya kita. Bila kita tertusuk paku menjerit dengan keras, demikian halnya pohon. Bila bagian tubuh kita mengalami tekanan dan penyempitan, maka ada yang terganggu dari aliran udara dan darah kita, demikian juga pohon. Bila ungkapan sakit dari kita adalah menangis dengan mengeluarkan air mata, maka demikian pula pohon. Pohon menangis dengan mengeluarkan cairan dari tubuhnya. Sebagian pohon juga mengeluarkan sedikit suara mendesis tanda ada bagian tubuhnya terluka. Ya…pohon juga menangis seperti kita.

Pohon memang menangis, namun ia tidak cengeng. Pohon pasti menagis tapi ia tetap bekerja meski dalam kesakitan. Pohon tetap menjalankan perintah-Nya meski dalam tekanan dan jeratan. Pohon terus dan akan terus memberi manfaat meski manusia membacok batangnya, menebas cabang-cabangnya, mengelupas kulitnya, memangkas daun-daunnya.

Batang pohon yang dibacok justru salah satu cara memperlebat buah. Cabang-cabang yang dipangkas justru bias menghasilkan kayu yang lurus dan berkurang cacatnya. Kulit kayu yang terkelupas salah satu cara dia memperbaiki kualitas batangnya dan dapat mudah dipanen manusia. Daun-daun yang dipangkas akan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru dan mendorong cabang-cabang bar uterus menjulur cepat.

Luar biasa pohon…sambil menangis dia memberi. Saat menangis dia berkerja. Kala menangis dia tetap taat pada-Nya. Sewaktu menagis dia memberi buah yang lebat, batang yang lurus, tunas yang baru dan cabang yang menjulang.

Sahabat…kita perlu menagis seperti pohon. Biarlah “paku-paku” ujian hidup menancap dalam hati, namun itu membuat kita makin berkualitas. Tak apalah jeratan “kawat” sempat mempersempit aliran kebahgiaan kita, namun dia akan lenyap ditelan pertumbuhan dan manfaat amal-amal kita.

By:Achmad Siddik Thoha
siddikthoha@yahoo.com

Jumat, 29 Januari 2010

Daun-daun Peneduh dan Pelindung

Bagian teratas dan terluar dari sebuah pohon adalah daun. Daun tumbuh mengelilingi dan menutupi badan pohon. Daun muncul dari ranting-ranting dan tumbuh membentuk tajuk pohon. Bila bunga memiliki mahkota, maka mahkota bagi pohon adalah daunnya.

Daun memiliki banyak fungsi. Fungsi utama daun adalah menangkap sinar matahari dan karbondioksiada sebagai unsur utama pertumbuhan pohon disamping air. Daun sebagai pelindung bagian bawah pohon dan tanah dari gangguan luar seperti panas, butiran hujan dan badai. Daun memberi keteduhan karena ia mengeluarkan oksigen yang menyegarkan udara. Daun juga menyerap gas-gas yang berbahaya bagi manusia seperti karbondioksida (CO2), Nitrous Oksida (NOx), Sulfur Oksida (SOx) dan gas lain dan mengubahnya menjadi bahan berguna baginya dan lingkungan.

Sebagai pelindung, pohon membentangkan daunnya menutupi hampir seluruh badan pohon. Pohon laksana baju yang menutupi dan melindungi pohon dari lingkungan luar yang tidak nyaman. Tanpa daun, pohon seperti telanjang dan hilang keindahannya. Daun menahan air, menghambat kecepatan air dan menguapkan air ke udara untuk melindungi tanah dari terpaan butiran hujan. Dengan daun yang lebat, pohon akan menahan, membelokkan dan mengurangi kecepatan angin yang kencang sehingga tidak membahayakan bagian yang dilindunginya.

Sebagai peneduh, pohon menyediakan ranting dan daun lebat yang nyaman. Kita akan sangat nyaman berteduh dari panas dan hujan di bawah pohon. Saat terik matahari begitu menyengat, tempat yang paing nyaman adalah berteduh dibawah pohon. Ketika hujan deras mendera maka pohon rindang akan menjadi tujuan berteduh. Oksigen yang dikeluarkan dedaunan siang hari akan menambah kenyamanan siapa saja yang berteduh dibawah pohon.

Sebagai penyerap gas-gas beracun, pohon mempunyai daun pada posisi terluar untuk melindungi bagian lai pohon dan sekaligus menangkap gas-gas itu. Daun-daun pohon mempunyai daya tahan luar biasa untuk terpapar gas-gas beracun. Tak hanya diam, gas-gas beracun itu akan diserapnya dan diolah dalam tubuh pohon menjadi bahan berguna bagi dirinya. Lewat mekanisme tubuhnya, pohon menetralkan gas beracun menjadi gas yang aman bagi lingkungan. Hasil terbaik dari pengolahan gas beracun oleh pohon adalah oksigen yang dibutuhkan banyak makhluk hidup.

Daun pohon memiliki karakter sebagai pelindung, peneduh dan pengubah sesuatu yang berbahaya menjadi manfaat. Orang berkarakter seperti daun pohon pastilah orang yang sangat dibutuhkan oleh orang lain. Mungkin seorang sahabat, orangtua atau pemimpin .

Sebagai sahabat yang baik manusia bisa meniru daun-daun pohon yang membentangkan hatinya menerima keluhan, kesedihan dan curahan hati sesama. Ia bisa meneduhkan hati sekaligus menjadi pelindung bagi sahabat-sahabatnya. Bahkan ia rela berkorban, menjadi tameng untuk menepis dan menyelesaikan masalah sesama sahabat.

Orangtua pastilah memiliki karakter alamiah seperti daun-daun pohon. Ia peneduh bagi panasnya suasana hati anggota keluarga. Pelindung setiap saat hingga anak-anaknya merasa aman dan tenang. Saat keluarga mengalami permasalahan Ia lah yang mengambil peran terdepan dan memberikan solusi yang menyejukkan.

Pemimpin mempunyai peran pelindung saat anggotanya mendapat permasalahan. Pemimpin yang meneduhkan saat anggotanya mengalami tekanan batin. Pemimpin yang memeberi solusi ketika ada sesuatu yang membahayakan kelompok. Pemimpin yang senantiasa memberi kesegaran dan semangat bagi anggotanya agar senantiasa menopang kelompok secara bersama.

Setiap kita adalah pemimpin. Laki-laki minimal adalah pemimpin bagi anak dan istrinya. Perempuan paling tidak merupakan pemimpin bagi urusan rumah tangganya. Bagi pribadi, kita adalah pemimpin bagi seluruh potensi yang dikaruniakan Tuhan. Bahkan untuk badan kita yang sempurna ini, kita harus melindungi, memberi hak-haknya yang layak, menghindari bahaya dan memberi kesegaran setiap saat. Bila kita sebagai pemimpin telah memberi perlindungan, keteduhan, solusi, kesegaran dan semangat maka siapapun yang akan kita pimpin akan merasakan manfaat besar.

By:Achmad Siddik Thoha
siddikthoha@yahoo.com

Senin, 25 Januari 2010

Kisah Pencekik yang Bermanfaat Besar

Dear Sahabat, semoga dalam kondisi terbaik pagi ini. Berikut sebuah fakta dalam tutur kisah tentang Pohon Pencekik. Semoga kita memaknai Pohon Pencekik dengan lebih positif. Selamat memetik inspirasi untuk hidup termotivasi.Salam
-oo0oo-

MENJADI KUAT DAN BERGUNA DENGAN MENCEKIK

Benih beringin (Ficus annulata) itu jatuh juga setelah menempuh perjalanan jauh. Bersama burung dia mengakhiri perjalanannya di rimbunnya belantara hutan. Sayang, benih itu tidak sampai ke tanah. Ia menyangkut di cabang sebuah pohon besar. ”Ah tak apalah, aku masih bisa hidup disini.” Bisik Benih Beringin. Lalu dia meminta ijin untuk hidup bersama pohon besar.
” Pohon besar, ijinkan aku hidup bersamamu sampai aku kuat dan besar.” Pinta Benih Beringin.
”Silahkan, suatu saat engkau akan memberi manfaat besar bagi yang lain.” Pohon Besar berbaik hati untuk menjadi pohon inang (host tree = pohon yang ditumpangi)

Hari demi hari, benih beringin tumbuh cepat. Keluarlah daun dan batang kecil. Beringin kecil mendapat matahari dan air tanpa menggangu Pohon Besar. Akar beringin menjulur menggantung ke bawah untuk membantunya bernafas. Beringin hidup secara epifit, hidup berdampingan tanpa mengganggu dan sedikit mengambil makanan dari Pohon Besar. Pohon besar rela berbagi sedikit makanan dengan Beringin kecil.

Beringin mulai membesar. Akarnya juga tumbuh makin besar dan panjang. Beringin perlu makanan yang lebih banyak. Tak cukup hanya mengandalkan sedikit makanan dari Pohon Besar. Ia merambatkan akar-akarnya di batang Pohon besar. Beringin makin besar dan akarnya kini telah menghunjam tanah. Makin lama akar beringin makin membesar menyerupai batang. Akar beringin telah membelit kuat Pohon Besar. Pohon Besar masih bersabar menerima Beringin hidup disisinya.

Lama kelamaan beban beringin di Pohon besar makin memberat. Akar-akar yang jumlahnya ratusan juluran yang tadinya kecil dan halus makin mengeras dan membesar melilit Pohon Besar saling tumpangtindih. Bagian atas beringin sudah tumbuh menjadi batang yang besar yang makin mencekik Pohon Besar. Hampir-hampir Pohon Besar tidak nampak lagi.

Pohon besar menyadari dirinya tak kuat lagi menahan pesatnya pertumbuhan Beringin Ia juga telah berumur lanjut. Ia tidak mau bersaing dengan beringin. Meski ia tahu beringin awalnya sebuah makhluk kecil tak berdaya yang menumpang hidup diketiak batangnya. Ia pula yang dengan ikhlas menyuapi makanan saat kecil.

”Ah...tak apa-apa, aku bahagia beringin menjadi kuat. Lihatlah engkau, monyet, serangga dan banyak hewan lain sekarang mendapat makan dan perlindungan disini. Beringin telah mengundang banyak kawan-kawanmu kemari. Di masa tuaku, aku sangat bahagia, karena keberadaanku makin bermakna dengan kehadiran beringin.” Ungkap Pohon besar pada seekor burung yang tiap hari hinggap di tubuhnya. Akhirnya Pohon Besar itu mati

Memang begitu adanya. Beringin mencekik Pohon Besar bukan untuk menzhalimi. Beringin telah membuat lingkungan yang nyaman bagi burung dan serangga bersarang. Buah beringin yang lezat memberi gizi yang banyak bagi burung hingga tulang dan cangkang telurnya kuat. Kelak burung-burung inilah yang akan menyebarkan biji-biji ke berbagai tempat hingga Beringin memberi dampak yang luas bagi lingkungan.

Sia-siakah kematian Pohon Besar. Ternyata tidak. Ia menyediakan lubang yang nyaman bagi bersarangnya serangga penghasil madu. Serangga ini mempunyai rumah mewah. Lubang yang luas dan nyaman serta makanan berlimpah dari bunga-bunga beringin. Serangga ini tidak hanya makan, dia sekaligus menyerbuki bunga-bunga hingga buah Beringin makin lebat. Berngin dengan payung daun dan cabangnya yang besar, juga menjadi tempat berlindung rusa dan hewan mamalia lain dari udara panas.

Indah sekali kehidupan harmonis dari Pohon Besar dan Beringin Pencekik ini. Pohon besar dengan ikhlas dan prasangka baiknya membuat beringin tumbuh menjadi sosok kuat dan pelindung bagi makhluk lain. Kekuatan memberi dari Pohon Besar telah memberi manfaat yang lebih luas Meski dia tercekik, terambil makanannya, terhalangi tubuhnya dari matahari, ia tak marah. Pohon Besar sangat paham, bila ia mengusir beringin kecil dulu, maka ia hanya sebatang Pohon dengan sedikit manfaat. Namun karena kelapangan hatinya , kesabarannya menerima, mendidik dan melayani beringin maka dia menjadi Pohon yang nyaman bagi tumbuhnya ”generasi” kuat dan memberi banyak manfaat.##
By :Achmad Siddik Thoha

Buah; Harta Paling Berharga dari Pohon

Dear Sahabat...semoga dalam kondisi terbaik dan semangat di pagi hari menjemput Karunia-Nya. Setelah kemarin sebuah kisah tentang buah apel Sahabat baca, tulisan berikut menambah makna betapa berharganya buah yang dihasilkan pohon. Selamat memetik buah inspirasi. Salam

HARTA PALING BERHARGA POHON

Hasil terbaik sebuah pohon adalah buah. Dari buah, pohon berharap akan bisa melanjutkan perjalanan dirinya di bumi. Biji di dalam buah akan membuat sebuah pohon akan “hidup” kembali. Maka sangat dipahami bila istilah buah inipun seringkali kali disandingkan dengan hasil puncak dari sebuah cita-cita manusia. Kita kemudian mengenal istilah buah karya, buah pernikahan, buah perbuatan, buah jerih payah dan sebagainya.

Di dalam buah tersimpan semua zat yang berguna. Individu baru dari sebuah pohon dititipkan di buah. Biji buah akan berkecambah, mengeluarkan akar, bertunas kemudian tumbuh menjadi pohon baru serupa dengan sifat induknya. Bila pohon baru terbentuk dari buah, maka disinilah sebuah pohon telah menjadi harta yang sangat berharga.

Semua pohon berharap dirinya mempunyai generasi penerus. Dengan itu, pohon akan terus hidup dan memberi manfaat bagi lingkungan. Bila pohon tak lagi berbuah, maka keberlanjutan generasinya akan terhenti. Maka, pohon yang tak lagi beregerenerasi akan punah.

Buah dibutuhkan tidak hanya untuk diri pohon sendiri. Buah sangat dibutuhkan makhluk hidup lain untuk kebutuhan pokok. Semua manusia akan mengkonsumsi buah-buahan. Sebagian besar hewan memakan buah-buahan.

Pemenuhan kebutuhan manusia awalnya dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering). Manusia mengumpulkan buah-buahan dan bahan pangan lain dari pohon-pohon yang ada. Hingga sekarang buah-buahan masih merupakan bahan makanan yang harus dipenuhi manusia bila ia ingin tumbuh sehat. Dalam buah-buhan terkandung gizi yang tinggi dan sekaligus sebagai bahan obat.

Mengapa hidup pohon tak berbuah kurang bermakna. Pohon tanpa buah tidak bisa maksimal memberi bagi lingkungan. Pohon tak berbuah tidak bisa menyebar benih, tidak dipilih sebagai pohon unggul, tidak menarik didatangi hewan dan kurang diminati manusia untuk ditanam.

Menjadi manusia yang berharga perlu memikirkan untuk menghasilkan buah karya yang penuh manfaat bagi lingkungan. Buah karya yang kaya dengan ”gizi” manfaat sekaligus ”obat” yang memberi solusi. Sebuah buah karya yang bisa membuat banyak jiwa-jiwa manusia terinspirasi, termotivasi dan menjadi lebih baik adalah buah yang sangat berharga bagi hidup manusia.

Semua kita akan berharap setiap amal kita akan berbuah manis, harum dan bisa tumbuh terus, kapanpun dan dimanapun. Kita yang punya buah hati berharap mereka akan mendoakan kita, mengamalkan pendidikan kita dan memberi kebanggaan bagi keluarga dan masyarakat. Kita yang menyebarkan ilmu berharap ilmu itu bermanfaat, tersebar luas dan murid-murid kita menjadi orang yang berguna. Kita mempunya ide, penemuan dan karya berharap kelak berbuah manfaat sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya bagi diri kita dan lingkungan. Bagi pebisnis, selalu berharap memetik buah keuntungan yang terus berkembang dan menyebar luas manfaatnya.

Kita semua berharap buah dari setiap jerih payah kita. Namun sebenarnya buah itu adalah karunia-Nya. Maka bila pohon amal kita sudah berbuah, maka berharaplah bahwa DIA akan memberikan balasan, karena hanya balasan-Nya yang terbaik.

By: Achmad Siddik Thoha

Minggu, 24 Januari 2010

Pohon apel tua

Dear Sahabat, pagi yang segar dengan embun menetes dari dedaunan semoga menyegarkan semangat kita memetik buah terbaik. Selamat memetik inspirasi dari Sebuah Kisah tentang buah apel yang ingin hidupnya terus berharga.
-oo0oo-

Ada sebuah pohon apel tua di sebuah kebun tumbuh dengan pohon-pohon lain. Sepanjang musim hujan dia menjulurkan cabang-cabangnya lebar untuk menangkap air hujan dan matahari untuk menumbuhkan apel bulat besar dan matang. Sekarang saat musim buah. Di pohon apel tua terdapat tiga buah apel besar kuning seperti emas dan lebih besar daripada apel lainnya di seluruh kebun. Pohon apel tumbuh selebar dan setinggi mungkin, sampai cabang yang tumbuh tiga apel emas tergantung di atas pagar kebun. Ada tiga apel besar, menunggu seseorang untuk memilih mereka. Ketika angin bertiup melewati daun-daun pohon apel itu, tiga apel lalu bernyanyi:

"Di sini, di kebun ada tiga apel,
Siapa yang mengambil salah satu kami, dia akan menemukan harta yang sangat berharga."
Dan suatu pagi muncul seorang anak laki-laki yang berjalan melewati pagar kebun. Dia memandang penuh perhatian pada tiga apel emas, berharap bahwa ia mungkin memiliki salah satu buah apel itu. Saat itu angin yang menyanyikan lagu lagi pada daun pohon apel dan, menjatuhkan salah satu apel emas, tepat di kaki anak laki-laki itu.
Dia mengambil apel itu dan memutar-mutarnya di tangannya. Betapa segar aroma manisnya, dan betapa lembut dan berairnya apel ini! Anak laki-laki itu tak berpikir apa-apa lagi selain membayangkan betapa lezatnya apel ini. Dia memasukkannya ke mulutnya dan mengambil gigitan besar, lalu menggigit lagi, dan lagi. Tak lama kemudian tak ada lagi yang tersisa dari apel kecuali bagian tengah tengahnya, dan dibuangnya oleh anak laki-laki itu. Dia membersihkan mulutnya dan melanjutkan perjalanannya. Namun angin di pohon-pohon apel berseru, begitu sedih, lalu setelah itu dia bernyanyi lagi:

"Di sini di kebun ada dua apel,
Tapi telah pergi satu dan hilanglah harta berharga yang jatuh untuk mu. "

Dan setelah beberapa saat, Seorang anak perempuan berjalan melewati pagar kebun. Dia memandang ke arah dua apel emas indah yang tergantung di cabang pohon apel tua, dan ia mendengarkan angin seperti menyanyi di cabang dan dedaunan:

" Di sini di kebun ada dua apel,
Sebuah harta berharga untuk seorang anak seperti kamu. "

Kemudian angin bertiup lebih keras dan, terhempaslah sebuah apel jatuh di jalan tepat di depan anak perempuan itu.

Dia memegangnya dengan gembira. Dia belum pernah melihat apael yang begitu besar dan seperti emas. Dia memegang dengan hati-hati dengan kedua tangannya yang tergenggam. Dia berpikir dan merasa sayang bila memakannya, karena kalau sampai apel ini dimakan maka keindahannya akan lenyap.

"Aku akan selalu menjaga apel emas ini," kata anak perempuan itu. Lalu dia membungkusnya di saputangan bersih yang ada di sakunya. Anak perempuan itu pulang ke rumah, dan di sana ia meletakkan apel emas dari pohon apel tua di laci dan menutup laci rapat-rapat. Apel emas itu terbaring di dalam laci, dalam kegelapan, dan semua dibungkus, selama beberapa hari, sampai busuk. Dan ketika anak perempuan itu kembali lewat jalan kecil dan melewati kebun, angin di pohon apel menyanyikan lagu untuknya:

"Hanya tinggal satu apel lagi, dulunya ada dua.
Telah pergi dan hilang harta berharga yang kuberikan kepadamu. "

Akhirnya, seorang kakek tua menyusuri jalan pada pagi yang cerah ketika matahari bersinar hangat dan angin bertiup sepoi-sepoi. Disana, menggantung di atas pagar kebun, ia melihat hanya ada satu apel emas besar yang tampaknya apel terindah yang pernah dilihatnya. Ketika ia berdiri memandang ke arah itu, angin dari pohon apel bernyanyi untuknya, dan berkata:

"Bulat dan emas di pohon apel,
Harta yang sangat berharga, menggantung, lihatlah! "

Kemudian angin bertiup lebih keras, dan jatuhlah apel emas terakhir dari tiga apel ke tangan kakek tua yang sudah siap menangkapnya.

Dia memegang dan memandangi apel itu dalam waktu lama sebagaimana anak leaki dan anak perempuan sebelumnya lakukan. Dia juga berpikir betapa nikmatnya bila di makan, dan betapa cantiknya bila dia memamerkan atau menyimpannya. Lalu ia memutuskan untuk tidak melakukan dari apa yang dipikirkannya tadi. Ia mengambil pisau dari sakunya dan memotong apel emas di tengah, lurus, dan persis di tengah-tengah antara bunga dan batang.

Oh, kejutan menunggu, apa yang akan dilakukan oleh Kakek tua! Ada sebuah bintang dibagian tengah apel, dan di setiap sudut bintang terdapat benih hitam kecil. Kakek tua hati-hati mengeluarkan semua benih lalu memanjat pagar kebun, memegang mereka di tangannya. Tanah di kebun itu masih gembur dan lembab, karena hujan baru saja turun. Kakek tua itu membuat lubang di tanah dan di setiap lubang ia menanam benih apel. Lalu ia menutupi benih dengan tanah dan naik kembali ke pagar untuk makan apel. Kemudian kakek tua itu pergi meninggalkan kebun.

Ketika Kakek tua berjalan menyusuri jalan, angin kebun mengikutinya, bernyanyi untuknya dari setiap pohon dan semak,

"Sebuah benih yang ditanam adalah harta yang akan terus berharga.
Pekerjaan apel sekarang telah dilakukan dengan baik. "

By:Achmad Siddik Thoha

Kisah Pencekik yang Bermanfaat Besar

Dear Sahabat, semoga dalam kondisi terbaik pagi ini. Berikut sebuah fakta dalam tutur kisah tentang Pohon Pencekik. Semoga kita memaknai Pohon Pencekik dengan lebih positif. Selamat memetik inspirasi untuk hidup termotivasi.Salam
-oo0oo-

MENJADI KUAT DAN BERGUNA DENGAN MENCEKIK

Benih beringin (Ficus annulata) itu jatuh juga setelah menempuh perjalanan jauh. Bersama burung dia mengakhiri perjalanannya di rimbunnya belantara hutan. Sayang, benih itu tidak sampai ke tanah. Ia menyangkut di cabang sebuah pohon besar. ”Ah tak apalah, aku masih bisa hidup disini.” Bisik Benih Beringin. Lalu dia meminta ijin untuk hidup bersama pohon besar.
” Pohon besar, ijinkan aku hidup bersamamu sampai aku kuat dan besar.” Pinta Benih Beringin.
”Silahkan, suatu saat engkau akan memberi manfaat besar bagi yang lain.” Pohon Besar berbaik hati untuk menjadi pohon inang (host tree = pohon yang ditumpangi)

Hari demi hari, benih beringin tumbuh cepat. Keluarlah daun dan batang kecil. Beringin kecil mendapat matahari dan air tanpa menggangu Pohon Besar. Akar beringin menjulur menggantung ke bawah untuk membantunya bernafas. Beringin hidup secara epifit, hidup berdampingan tanpa mengganggu dan sedikit mengambil makanan dari Pohon Besar. Pohon besar rela berbagi sedikit makanan dengan Beringin kecil.

Beringin mulai membesar. Akarnya juga tumbuh makin besar dan panjang. Beringin perlu makanan yang lebih banyak. Tak cukup hanya mengandalkan sedikit makanan dari Pohon Besar. Ia merambatkan akar-akarnya di batang Pohon besar. Beringin makin besar dan akarnya kini telah menghunjam tanah. Makin lama akar beringin makin membesar menyerupai batang. Akar beringin telah membelit kuat Pohon Besar. Pohon Besar masih bersabar menerima Beringin hidup disisinya.

Lama kelamaan beban beringin di Pohon besar makin memberat. Akar-akar yang jumlahnya ratusan juluran yang tadinya kecil dan halus makin mengeras dan membesar melilit Pohon Besar saling tumpangtindih. Bagian atas beringin sudah tumbuh menjadi batang yang besar yang makin mencekik Pohon Besar. Hampir-hampir Pohon Besar tidak nampak lagi.

Pohon besar menyadari dirinya tak kuat lagi menahan pesatnya pertumbuhan Beringin Ia juga telah berumur lanjut. Ia tidak mau bersaing dengan beringin. Meski ia tahu beringin awalnya sebuah makhluk kecil tak berdaya yang menumpang hidup diketiak batangnya. Ia pula yang dengan ikhlas menyuapi makanan saat kecil.

”Ah...tak apa-apa, aku bahagia beringin menjadi kuat. Lihatlah engkau, monyet, serangga dan banyak hewan lain sekarang mendapat makan dan perlindungan disini. Beringin telah mengundang banyak kawan-kawanmu kemari. Di masa tuaku, aku sangat bahagia, karena keberadaanku makin bermakna dengan kehadiran beringin.” Ungkap Pohon besar pada seekor burung yang tiap hari hinggap di tubuhnya. Akhirnya Pohon Besar itu mati

Memang begitu adanya. Beringin mencekik Pohon Besar bukan untuk menzhalimi. Beringin telah membuat lingkungan yang nyaman bagi burung dan serangga bersarang. Buah beringin yang lezat memberi gizi yang banyak bagi burung hingga tulang dan cangkang telurnya kuat. Kelak burung-burung inilah yang akan menyebarkan biji-biji ke berbagai tempat hingga Beringin memberi dampak yang luas bagi lingkungan.

Sia-siakah kematian Pohon Besar. Ternyata tidak. Ia menyediakan lubang yang nyaman bagi bersarangnya serangga penghasil madu. Serangga ini mempunyai rumah mewah. Lubang yang luas dan nyaman serta makanan berlimpah dari bunga-bunga beringin. Serangga ini tidak hanya makan, dia sekaligus menyerbuki bunga-bunga hingga buah Beringin makin lebat. Berngin dengan payung daun dan cabangnya yang besar, juga menjadi tempat berlindung rusa dan hewan mamalia lain dari udara panas.

Indah sekali kehidupan harmonis dari Pohon Besar dan Beringin Pencekik ini. Pohon besar dengan ikhlas dan prasangka baiknya membuat beringin tumbuh menjadi sosok kuat dan pelindung bagi makhluk lain. Kekuatan memberi dari Pohon Besar telah memberi manfaat yang lebih luas Meski dia tercekik, terambil makanannya, terhalangi tubuhnya dari matahari, ia tak marah. Pohon Besar sangat paham, bila ia mengusir beringin kecil dulu, maka ia hanya sebatang Pohon dengan sedikit manfaat. Namun karena kelapangan hatinya , kesabarannya menerima, mendidik dan melayani beringin maka dia menjadi Pohon yang nyaman bagi tumbuhnya ”generasi” kuat dan memberi banyak manfaat.##

By:Achmad Siddik Thoha

POHON YANG DIGUGURKAN DAUN DOSANYA

Tiap-tiap yg berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan. (QS 21:35)

Di saat terbaring di ranjang, ketika sakit menggerumus, wajahmu Emak yang membayang. Wajahmu Emak menjadi obat yang menumbuhkan kekuatan di tubuh. Bayang kehadiranmu Emak, menjadi spirit kekuatan, ketika setiap orang sakit senantiasa merasa tiada berdaya. Tapi, lelaki berusia 50-an yang terbaring di ranjang sebuah rumah sakit, kini merasa berdaya. Betul, beberapa hari sebelumnya, ia merasa menjadi manusia sia-sia lantaran tidak mampu menanggung rasa sakit. Bahkan, ia merasa Allah yang belakangan kian rajin dihampiri-Nya, menampik kasihnya. Bukankah bila Ia membalas kasihnya, demikian ia berpikir, tidak akan mengirimkan sakit kepadanya?

Di puncak rasa putus asa, lelaki berusia 50-an itu, teringat kepada almarhumah emaknya. Emaknya menghabiskan sebagian kehidupannya dengan deraan sakit. Pelbagai jenis penyakit, mulai jantung, hipertensi, kanker, silih berganti menggerumus tubuh sang emak. Bahkan, vertigo yang kemudian turut melumpuhkan sistem saraf, membuat perempuan tua itu terbaring terus menerus selama lebih tujuh tahun. Akibatnya, ketika lima anaknya menikah, membuatnya tidak dapat sepenuhnya meneguk kegembiraan seperti jamaknya orangtua yang menikahkan putra-putrinya. Ia hanya berbaring sendirian membayangkan rona keriaan di wajah anak-anaknya.

Begitu menderita kehidupanmu, wahai Emak? Sang emak justru belajar makna kesabaran dari setiap penyakit yang silih berganti mendera. Tiada keluhan berkepanjangan. Ia tidak menyesali Allah yang belum juga memberi kesembuhan padanya. Anak-anaknya jarang menemukannya berlinang air mata ketika kehidupannya hanya sebatas ranjang. Sebaliknya, ia tetap melaksanakan ibadah ketika hanya mampu berbaring, menghabiskan waktunya dengan berzikir.

Kendati kehidupannya sebatas ranjang, perempuan tua itu tetap semangat mengikuti perkembangan yang ada di luar kamarnya. Bahkan, lebih mengagumkan lagi, ia menjadi sumber wejangan: tidak hanya bagi anak-anaknya tetapi handai taulan yang mengunjunginya. Tak jarang, ia menasihati handai taulan yang tertimpa musibah ringan laiknya jemari tertusuk duri, agar bersabar dan tawakal.

Tak mengherankan, bagi anak-anaknya termasuk pria berusia 50-an yang diserang sakit, sang emak menjadi simbol kesabaran dan keikhlasan dalam menempuh ujian sakit. Tapi, siapakah yang mengirim spirit untuk mampu bertahan? Ketika anak-anaknya pernah mengeluh karena kasihan melihat orang tuanya terus menerus terbaring, sang emak justru yang menyabarkan. ''Sakit itu ujian bagi kesabaran. Ini belum seberapa. Nabi Ayub saja yang menjadi utusan Allah lebih parah menerima cobaan sakit tetapi ia tetap tawakkal. Saat ia sujud, ulat yang ada di borok kepalanya terjatuh, tetapi dipungutnya dan dikembalikannya ke tempat semula,'' ujar sang emak mengutip kisah dari guru mengajinya semasa sehat.

Memang, Ayub menjadi simbol kesabaran, di tengah derita sakit. Allah pun mengisahkan: dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: ''(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang'' (QS 21:83). Tiada seikhlas Ayub dalam menerima sakit sehingga Allah mengirimkan kesembuhan seperti sang emak di usia senjanya menerima kesembuhan-Nya.

Mengapa Ayub --dan agaknya emaknya-- dapat tawakal? Nabi Ayub merupakan refleksi dari kesabaran dalam menerima penderitaan sakit. Ayub menjadi sumber inspirasi bagi emak maupun setiap Muslim yang sabar dalam menerima cobaan-Nya. Bukankah Allah telah menjanjikan ujian dan cobaan untuk membuktikan keimanan seperti terkandung di dalam Alquran: Apakah manusia itu mengira mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ''Kami telah beriman'', sedang mereka tidak diuji lagi?...Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka (QS 29: 2-3).

Cobaan itu dapat dalam pelbagai bentuk: penyakit, meninggal orang yang dikasihi, maupun musibah. Ujian pun dapat hadir dengan rupa kekayaan yang melimpah. Tragisnya, terkecuali pelbagai penderitaan, kita seringkali merasa kekayaan dan kesenangan bukan cobaan, sehingga tergelincir lupa diri. Tak ayal, telah menjadi 'kodrat' manusia, ketika hidupnya senang melupakan Allah dan bersikap sebaliknya ketika mengalami kesengsaraan. Semua itu menyebabkan Nabi Muhammad bersabda, ''sesungguhnya bagi setiap umat ada ujian dan ujian bagi umatku ialah harta kekayaan'' (HR Turmudzi).

Demi menegaskan hal itu, Nabi suatu kali bersabda: ''Demi Allah! Bukanlah kefakiran atau kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku khawatir kemewahan dunia yang kalian dapatkan sebagaimana telah diberikan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula'' (HR Bukhari).

Cobaan sebagai bentuk ujian seringkali dilipatgandakan bagi hamba yang alim dan berusaha menghampiri-Nya. Kenapa? Semakin seseorang ingin menghampiri-Nya, semakin Allah berusaha menguji kadar keimanannya. Tidak mengherankan, semua nabi mengalami pelbagai cobaan, seperti Ayub dengan penyakit maupun Ibrahim yang diperintahkan menyembelih anak kesayangannya. Nabi Muhammad pun bersabda: ''Tingkat berat ringannya ujian disesuaikan dengan kedudukan manusia itu sendiri. Orang yang sangat banyak mendapatkan ujian itu adalah para nabi, kemudian baru orang yang lebih dekat derajatnya kepada mereka berurutan secara bertingkat. Orang diuji menurut tingkat ketaatan kepada agamanya'' (HR Turmudzi).

Dengan demikian, selaiknya kita tidak menduga-duga bila seseorang yang menderita akibat cobaan, sebagai bentuk hukuman. Kenapa? Dengan ujian yang berat, sang insan belajar sabar dan ikhlas, untuk menerima segenap cobaan. Bukankah Nabi Ayub --maupun sang emak dalam kisah ini-- menggunakan cobaan berupa penyakit sebagai sarana membangun ikhlas dan ibadah?

Kemampuan menjadikan cobaan sebagai sarana beribadah sekaligus sabar dan ikhlas, sejatinya menghantar seseorang menghampiri dan menjadi kekasih-Nya; suatu maqom yang menjadi idaman pejalan ruhani. Dengan kesabaran dan keikhlasan menerima ujian tersebut, sejatinya pejalan ruhani akan menemui-Nya, dalam keadaan tiada berdosa (lihat HR Muttafaq alaih dan Turmudzi). Maka, wahai Emak, engkaulah melalui keikhlasan dalam menerima cobaan, menjadi pohon yang digugurkan daun dosanya. ***

Written by :Ahmad Kurnia ElQorni
http://www.pencerahanhati.com