Harian hokum Yordania
Rangkaian pelanggaran Israel terhadap wilayah dan harta milik Palestina, termasuk peninggalan agama dan tempat sucinya. Seperti makam dan wilayah peternakan mereka, dilakukan tanpa henti siang dan malam. Seperti juga penggalian terowongan yang jumlahnya tak kurang daro 60 penggalian, di semua sudut Al-Aqsha. Israel melakukan penggalian ini baik di dalam pagar AL-Aqsha ataupun yang diluarnya, untuk satu tujuan menghancurkan Masjid Al-Aqsha dan dibangun di atasnya, kuil yang mereka impikan.
Penghancuran masjid Al-Aqsha bagi Israel mungkin masih panjang. Tetapi setelah semua bangsa Palestina, baik yang berada di dalam negeri ataupun Negara yang ada di luar mengakui Negara Israel, dengan ibu kota Al-Quds secara keseluruhan dan abadi. Memang yahudi internasional sudah berupaya semaksimal mungkin sejak beberapa tahun yang lalu, namun hingga kini belum membuahkan hasil.
Sementara itu, proyek yang sedang dikerjakan saat ini telah menghabiskan waktu, walau Israel masih memberikan toleransi kepada kalangan fanatic yahudi yang memahami situasi dan kondisi politik, kemasyarakatan serta ekonomi yang sedang berjalan. Hal ini dikarenakan para penganut yahudi fanatic masih melakukan proyeknya siang dan malam disaksikan dunia Islam dan internasional. Namun semua itu tidak membuat mereka bergeming dengan melihat tabi’at mereka yang hampir-hampir rahasia.
Persiapan proyek mereka yang hampir rampung adalah menghancurkan Masjid Al-Aqsha, walau seluruh undang-undang internasional dan dunia telah mengeluarkan resolusi terkait dengan Al-Quds ini sejak tahun 1948 hingga tahun 1967. Namun Israel tidak pernah komitmen dengan undang-undang tersebut. Mereka keukeuh menganggap Al-Quds dan pinggiran kotanya, setelah tahun 1967 sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayah Israel. Tidak hanya itu, mereka juga mengeluarkan undang-undang pada tahun 1980 yang menjadikan Al-Quds sebagai ibu kota abadi Israel.
Demikianlah sejarah mencatat, namun bersamaan dengan itu, tak satupun usaha serius dari dunia Islam yang bekerja secara simultan dan berkesinambungan untuk menghadapi masalah ini. Mungkina kita teringat dengan seorang Yahudi yang menyamar sebagai bangsa Arab muslim pada tahun 1928, bersamaan dengan hari “kaffarah” (pengampunan), telah merencanakan untuk menguasai tembok ratapan dan menggempur rakyat Palestina dalam serangan peristiwa berdarah pada Agustus 1929. Bangsa Palestina saat itu mengalami pembantaian biadab dari tentara Inggris dan Yahudi.
Namun demikian kaum muslimin Arab mampu memaksa Yahudi menyingkirkan kursi-kursi yang telah disiapkan untuk melaksanakan ritual keagamaan di depan tembok ratapan tersebut. Mereka berhasil memaksa polisi Israel menyingkirkan pembatas untuk memisahkan antara laki-laki dan wanita dalam upayanya menjadikan tembok tersebut sebagai gereja yahudi. Akirnya bangsa Yahudi dapat meneriam realitas yang ada. Dalam peristiwa ini, sebanyak 116 warga Palestina meninggal syahid dan 323 lainya mengalami luka-luka. Sementara dari pihak Yahudi sebanyak 133 orang tewas dan 339 lainya luka-luka.
Para demonstran datang dari berbagai kota di sekitar Al-Quds, seperti Nablus, Jenin, Thulkarem dan Gaza. Pemerintah Inggris terpaksa menghadirkan sejumlah pesawat tempur dan kendaraan lapis baja. Peristiwa ini juga menimbulkan kehancuran di sejumlah wilayah seperti Der Yasin dan Sejan. Sebanyak 1000 orang diajukan langsung ke pengadilan. 90 % dari bangsa Arab.
Kesuksesan kaum muslimin dalam perang ini, tak lepas dari sikap mereka yang bersatu-padu dalam menghadapi kejahatan Zionis.
Inilah gambaran sejarah dari penodaan Zionis terhadap Masjid Al-Aqsha serta bagaimana sikap perlawanan Palestina. Maka hari ini, penodaan Zionis terus berlangsung, walau dengan bentuk yang berbeda-beda. Tetapi tujuanya sama, menghancurkan Masjid Al-Aqsha.
Tinggalah pertanyaan di benak kita,
Kenapa kebisuan masih menyelimuti serta kelemahan ini terus meraayap sedikit demi sedikit ?
Kenapa mereka masih bisu, sementara Israel terus merealisasikan cita-cita Negara Yahudi ?
Kenapa dunia Islam dan Arab gagal dalam membangun kerja secara kolektif dan serius ?
Kenapa organisasi-organisasi internasional seolah lumpuh ketika berhadapan dengan masalah Al-Quds, termasuk di dalamnya bangunan-bangunan Islam, sebagai waritsan budaya dunia yang seharusnya dilindungi ?
Sepertinya, Turki dan Iran mulai nampak sikap-sikapnya yang tegas terhadap Israel. Dan kita dengar sedang ada upaya kea rah situ, namun masih dalam tataran persiapan, untuk menjawab semua pertanyaan di atas. (asy)
By:Dede Romdanih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar