Apakah dengan ucapannya itu berarti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela Abu Bakar?
Sungguh mengherankan keraguan semacam ini begitu berpengaruh kepada orang-orang. Mereka menolak Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena menyalahi madzhab mereka, sebab dengan mengikuti Sunnah berarti mereka mencela imam mereka, sedangkan mengikuti pendapat imam sekalipun berlawanan dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menurut mereka, adalah sikap menghormati dan memuliakan imam. Oleh karena itu, mereka terus-menerus melestarikan sikap taqlid dengan alasan agar tidak mencela imam.
Mereka ternyata lupa dan bukan saya katakan pura-pura lupa, karena keraguan semacam ini menyebabkan mereka terjerunus ke dalam keadaan yang lebih buruk lagi daripada keadaan yang ingin mereka hindari. Jika ada orang yang berkata kepada mereka bahwa bila mengikuti seseorang itu berarti penghormatan terhadap yang bersangkutan dan menyalahi pendapatnya berarti mencelanya, pertanyaan kepada Anda ialah: “Mengapa Anda membolehkan menyalahi Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak mau mengikutinya dengan alasan Anda ingin tetap mengikuti imam madzhab yang berlainan dengan Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, padahal dia bukán orang yang maksum dan mencela orang semacam itu tidaklah dihukum kafir? Jika menurut Anda menyalahi pendapat imam adalah sikap mencela diri yang bersangkutan, menyalahi Rasulullah tentulah merupakan celaan yang lebih berat lagi terhadap beliau. Bahkan hal semacam itu telah membuatnya kafir. Semoga Allah melindungi kita dari hal semacam itu. Sekiranya ada orang yang berkata kepada mereka semacam itu, tentulah mereka tidak akan sanggup menjawabnya. Akan tetapi, sayangnya, ada suatu kata yang sering kali kami dengar dari mereka, yaitu pernyataan: “Kami tinggalkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena kami pencaya sepenuh hati kepada imam madzhab kami dan dialah orang yang lebih tahu tentang Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada kami”
Jawaban kami terhadap pernyataan seperti itu telah kami paparkan secana panjang lebar dalam kata pendahuluan sebelumnya. Oleh karena itu, di sini kami akan mengemukakan satu jawaban saja secara ringkas dan insya Allah merupakan jawaban telak. Saya katakan:
“Bukan hanya imam madzhab kalian saja yang lebih tahu daripada kalian tentang Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada puluhan, malah ratusan imam yang lebih tahu daripada kalian tentang Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. jika terdapat Hadits shahih yang bertentangan dengan madzhab kalian, sedangkan di antara para imam itu ada yang mengambilnya dari hal ini Anda aku juga, pernyataan Anda di atas sama sekali tidak ada gunanya. Sikap Anda yang sudah menolak akan mendorong Anda untuk. mengatakan: “Kami mengambil Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini karena percaya imam madzhab kami telah mengambilnya. Mengikuti imam yang sesuai dengan Sunnah lebih utama daripada mengikuti imam yang berbeda pendapatnya dengan Sunnah. Hal ini sudahlah jelas dan gamblang, tidak sulit dipahami seseorang, insya Allah.
Oleh karena itu, di sini saya dapat mengatakan: bahwa kitab kami ini, karena di dalamnya terkumpul Hadits-Hadits Nabi yang shahih tentang tata cara shalat beliau, tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak mengikutinya. Dalam buku ini tidak ada hal-hal yang oleh para ulama disepakati sebagai sesuatu yang harus ditinggalkan. Bahkan setiap masalah yang tersebut dalam buku ini pasti ada segolongan dari mereka yang menyetujuinya. Bagi yang tidak sesuai dengannya akan termaafkan dan akan diberi satu pahala jika dalam masalah itu tidak ada nash yang tegas atau ada nash tetapi tidak dapat dijadikan hujjah atau alasan-alasan lain yang di kalangan para ulama diketahui sebagai hal yang bisa dimaafkan. Sebaliknya, bila seseorang menemukan adanya nash yang shahih, tidak ada lagi alasan baginya untuk meneruskan taqlidnya, tetapi dia wajib mengikuti nash yang terjaga kesuciannya. lnilah tujuan dan penulisan muqaddimah buku ini. Allah telah berfirman dalam suratAl-Anfal (8) ayat 24:
“Wahai orang yang beriman, perkenankanlah seruan Allah dan RasulNya jika kamu diseru kepada hal yang menghidupkan kamu. Ketahuilah, sesungguhnya Allah mengatur seseorang dengan hatinya dan sesungguhnya hanya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”
Allah memfirmankan yang benar dan Dialah pemberi petunjuk ke jalan yang benar serta Dialah sebaik-baik pelindung dan penolong. Semoga semua rahmat dicurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, dan para sahabatnya. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
Damaskus, 20/5/1381H
Muhammad Nashiruddin Al-Albani
[Disalin dari kitab Shifatu Shalaati An-Nabiyyi Shallallahu “alaihi wa Sallama Min At-Takbiiri Ilaa At-Tasliimi Ka-Annaka Taraahaa, Edisi Indonesia Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penerjemah Muhammad Thalib, Penerbit Media Hidayah, Ket : Tambahan Judul dari admin almanhaj]
__________
Foot Note :
[11]. Baca Kalam Imam Muzani him. 62 dan Kalam Hafizh Ibnu Rajab hlm. 54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar