Idealnya setiap wanita pasti menginginkan seorang imam untuk memimpin rumah tangganya dalam berbagai aspek kehidupan. Seorang imam yang kelak dapat mengajarkan budi pekerti yang baik kepada keluarganya, karena dalam hal ini kelak seorang imam akan dipertanggungjawabkan kepemimpinannya di akhirat atas apa yg dipimpinnya..
"Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya…(HR al-Bukhari dan Muslim)."
Bukan hanya peran seorang imam saja yang akan dipertanggungjawabkan, begitu juga makmumnya. Seperti yang dituliskan dalam hadist riwayat Bukhari ini "Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas makmumnya, seorang laki-laki adalah pemimpin bagi dia dan keluarganya dan bertanggung jawab pula atas keluarganya, dan perempuan, adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dia arahkan” (HR Bukhari).
Rasulullah saw. telah menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda di dalam sebuah keluarga. Suami sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta penjamin kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan-tidaknya fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai-tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik. Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi, sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi, dan fungsi reliji (keagamaan).
Sebaliknya, seorang istri juga perlu selalu menyambut suami dengan menampakkan wajah berseri-seri dan memakai wewangian. Kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga juga meliputi hubungan antara orangtua dan anak. Suasana ibadah dapat ditumbuhkan di tengah keluarga dengan terbiasa melakukan shalat berjamaah, tadarus bersama, shaum sunnah dan qiyamullail. Rasulullah saw. memuliakan suami istri yang terbiasa melakukan qiyamullail bersama, “Semoga Allah merahmati lelaki yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan bangun, ia memercikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, ia memercikkan air di wajahnya. (HR Abu Dawud dan Ibn Majah).
Subhânallâh! indahnya kebersamaan seperti ini yaa apalagi jika dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.. saling mengingatkan satu sama lain, memahami peran dan fungsi masing-masing.
Sebagai seorang istri, sayapun jauh dari kesempurnaan.. masih banyak hal dan sikap yang secara tidak saya sadari melukai dan menyalahi kewajiban2 sebagai seorang istri kepada suami. Contoh kecil misalnya.. suatu malam saya bermaksud mengingatkan suami saya untuk melaksanakan shalat isa, dan bertanya "udah sholat isa blm?", seketika itu dia menjawab "barusan udah ko". Saat itu saya sendiri kurang yakin dengan jawaban beliau. Lalu saya berusaha meyakinkan kembali jawaban itu, dengan mengecek keadaan mushola. Dan apa yang saya lihat ternyata menjadi jawaban atas keraguan itu. Posisi sarung, lipatan sarung masih terlihat sama seperti pada saat saya shalat maghrib disana. hhhh, otomatis saya kecewa mengetahui hal itu.. dan akhirnya dengan skill interogasi saya yg ckp handal (hehe), mencoba untuk menanyakan kembali apakah memang betul sudah shalat.. tp yaaa jawaban masih seperti semula. Ya sudaaah, akhirnya malam itu saya tidur dengan penuh kekecewaan dgn sedikit merenung dan bertanya-tanya . "mengapa harus berbohong untuk sesuatu yang seharusnya menjadi kebutuhannya..?" padahal sayapun tidak bermaksud untuk memaksa dia melaksanakannya. Ini hanyalah sebagian dari tanggungjawab saya sebagai seorang isteri. Keesokannya seperti biasa saya menyiapkan roti, susu dan pakaian yang hendak beliau kenakan untuk bekerja. Saat itu kekecewaan saya belum bisa terobati dan itu terefleksi di raut wajah saya. Sampai beliaupun bisa menangkap raut wajah saya di pagi itu . Akhirnya beliau berangkat kerja, dan saya melepas kepergian beliau dengan wajah yaaang tidak bersahabat, tidak nampak sebuah senyuman hangat sedikitpun. Maafkan suamikuuu..
Sontak saya tersadarkan diri dalam shalat.. Astaghfirullah.. saya telah berdosa memperlakukan saumi saya sendiri seperti itu, dan hanya dalam do'a saya bersimpuh memohon ampun atas segala kekhilafan yang telah saya lakukan dipagi itu.
Saya mendapatkan banyak pembelajaran, disini..bahwa kesabaran itu tak berbatas 'no matter what it takes, sepanjang kita meyakini Allah SWT akan senantiasa memberikan jalan atas niat -niat kita.. (amin ya rabbal 'alamiin).. insyaAllah seberat apapun beban yang kita pikul itu akan menjadi terasa lebih ringan.. Ketika itu, beban yang tadinya trasa menumpuk menjadi lebih ringan, karna saya pikir jika saya sendiri tidak dapat mengetuk pintu hatinya, biarlah Allah yang akan memberikan cahaya.. Saya serahkan kembali ketidakberdayaan ini kepada-Nya, karena Allah maha mengetahui. Hanya waktu yang dapat menjawab kapan itu tiba.. Dan saat itu juga saya kembali menyadari peran saya sebagai seorang isteri yang berkewajiban untuk selalu mengingatkan suami, apapun itu nanti reaksinya, insyaAllah saya tidak akan pernah menyerah.. (doakan yaa..). Hasilnya pagi ini, saya mengantarkan suami saya bekerja dengan senyuman yang suami saya harapkan.. dan berdoa dalam hati "agar Allah SWT senantiasa melindungi perjalanannya, dimudahkan langkahnya dalam mencari nafkah.. hhh, tenangnya hati ini..
No body's perfect.. Kita selalu mengharapkan sesuatu yang lebih dari oranglain tanpa berkeinginan untuk dapat memperbaikinya dan bahkan memperbaiki diri sendiri, nonsense!! kita ngga kan dapatkan apapun kecuali rasa ketidakpuasan yang berkepanjangan atas kekurangan itu. Jadi selayaknya kita bersyukur atas apa yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita. kekurangan dan keburukan pasangan kita, saya rasa itu bukanlah masalah penting, yang penting adalah kemauan kita untuk dapat menjadi individu yang lebih baik dari hari ke hari.
Saya bersyukur atas segala kenikmatan yang telah Allah berikan kepada saya, dalam kekurangan dan kelimpahan...
Well guys, disini saya tidak bermaksud membuka kekurangan saya dan pasangan saya, karena seperti pepatah bilang suamimu adalah pakaianmu, jangan kau buka aib suamimu sendiri.. seperti kau membuka pakaianmu sendiri..
Tetapi dalam hal ini saya hanya mencoba berbagi untuk dapat memberikan nilai dan cara pandang lain dalam menyikapi keadaan2 seperti ini. dan mungkin teman-teman yang baca ini juga punya cara pandang yang berbeda..
Saya hanya seorang wanita yang sedang belajar memaknai peran saya sebagai seorang istri..
By: Ninos Sang Pujangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar