16 April 2009 — rumahkayu
Senja hari. Semburat warna merah matahari menerangi langit.
KEHARUMAN teh menyebar dari tiga buah gelas yang terletak di meja teras rumah kayu. Sementara itu, dari halaman terdengar suara gelak tawa Pradipta dan Kuti yang sedang bermain bola berdua.
Dee duduk di teras, membaca tulisan suaminya entah untuk yang keberapa kalinya. Dia memang selalu menyukai tulisan Kuti, tetapi ada beberapa buah tulisan yang dibuat Kuti yang amat disukainya. Termasuk…
Dee menoleh mendengar suara- suara mendekat. Pradipta dan Kuti telah selesai bermain bola dan berjalan menuju teras. Dengan senang hati mereka menghampiri teh hangat dan martabak telur yang tersaji di atas meja.
“ Baca apa ‘yang? “ tanya Kuti menghampiri istrinya.
Dee tersenyum. “ Tulisanmu, “ jawabnya.
“ Indah sekali, “ lanjut Dee lagi.
Kuti tertawa. Telah diduganya jawaban sang istri tersebut. Sejak awal tulisan itu dibuat, Dee telah mengatakan bahwa dia menyukai tulisan tersebut. Dan Kuti tahu, Dee memiliki kebiasaan untuk membaca tulisan- tulisan yang disukainya lagi… lagi… dan lagi…
Perlahan, Kuti menghirup teh hangat dari gelasnya, sementara Dee masih membaca tulisan itu lagi, entah untuk yang ke berapa kalinya. Saat sedang membaca, telinga Dee lamat- lamat mendengar sebuah lagu lawas yang dinyanyikan Frank Sinatra
Walk away, please go before you throw your life away,
A life I could share for just a day.
We could have met some years ago. For your sake I’ll say,
Walk away, just go, walk away and live a life that’s full with no regret.
Don’t look back to me, just try to forget.
Why build a dream that cannot come true, so be strong,
Reach the stars now, walk away, walk on.
If I heard your voice, I’ll beg you to stay,
So don’t say a word, just run away.
Goodbye, my love, my tears will fall now that you’re gone,
I can’t help but cry but I must go on.
I’m sad that after searching so long,
Knew I love you but told you, walk away, walk on.
Mendengar kata- kata penutup lagu tersebut “walk away, walk on…” Dee tiba- tiba teringat sesuatu. Dia menatap kata- kata dalam tulisan Kuti yang sedari tadi dibacanya “Ketika hasrat dan harapan tak lagi selaras (dengan kenyataan) … “
“ ‘yang “ Dee menyapa Kuti
Kuti yang sedang menikmati teh hangatnya menoleh ke arah Dee.
“ ‘yang, “ kata Dee, “ kita kan sering sekali mendengar kalimat- kalimat pemberi semangat yang memotivasi seseorang saat menghadapi masalah, situasi yang tak diharapkan, ketika hasrat dan harapan tak selaras dengan kenyataan, untuk tetap menghadapi hal- hal tersebut dengan tabah dan kuat hati…”
Kuti mengangguk. Tentu saja dia pernah mendengar kalimat- kalimat seperti itu.
Dee menatap suaminya dan berkata, “ Ternyata sebenarnya… dalam hidup, tidak semua masalah harus dihadapi, tidak pada semua situasi tak enak seseorang harus bertahan menghadapi. Ada saat- saat dimana orang harus mengetahui kapan dia harus membiarkan sesuatu untuk berlalu. Kapan harus melangkah pergi… “
Kuti tersenyum, “ Walk away… seperti yang dikatakan lagu tadi, ya ? “
Dee mengangguk.
“ Konon ‘yang, sebetulnya semua orang pada dasarnya tidak ingin menyerah, tak ingin merasa gagal, tak suka pula jika harus korbankan sesuatu. Secara natural, begitulah biasanya yang dirasakan. “
“ Tapi, kadang- kadang ada situasi dimana layar lama harus ditutup agar layar baru dapat dikembangkan. Betul? “ tanya Kuti.
“ Betul, “ jawab istrinya. “ Ada banyak kondisi dimana seseorang harus menerima kenyataan bahwa bagaimanapun dia berusaha, sekuat apapun dia bertahan, tapi situasi tidak berubah menjadi lebih baik, dan keadaan begitu buruk dan terasa menekan, dan, pada titik itulah, seseorang harus berani untuk… “
“ Walk away ? “ Kuti melengkapi kalimat sang istri.
“ Ya, “ jawab Dee, “ Biarkan berlalu dan melangkah pergi saja — let it go… and walk away.”
“ Ada banyak saat dalam hidup dan kehidupan dimana tantangan yang dihadapi ternyata memang akan terlampau sulit untuk dilalui, atau tidak lagi realistis untuk terus bertahan. Dan saat itulah, pada keadaan semacam itu orang harus belajar untuk dapat mengambil keputusan untuk melangkah pergi. Pergi dengan kebanggaan dan harga diri tetap terpatri dalam diri…” lanjut Dee lagi.
“ Begitu ya? “ tanya Kuti
“ Begitu yang dikatakan Richard Templar dalam Rules of Life, “ jawab Dee, “ Tentu saja orang harus berjuang dalam hidupnya, juga harus berusaha bertahan menghadapi tantangan dan menguatkan hati untuk bertahan. Tapi ada pula saat ketika seseorang sampai pada suatu titik dimana demi kesehatan jiwa dan kebahagiaannya, yang perlu dilakukan adalah mengabaikan saja semuanya dan, itu tadi… melangkah pergi akan merupakan pilihan terbaik… “
“ Mmmm,. aku mengerti jalan pikiran sepeti itu, Dee, “ kata Kuti, “ Pada dasarnya tentu setiap orang ingin bertahan menghadapi situasi sulit. Tetapi pada situasi- situasi tertentu, bertahan hanya akan memperdalam tingkat stress seseorang, mungkin juga menyakitkan hati, atau mempengaruhi kesehatannya. Dalam hal seperti ini, melangkah pergi merupakan pilihan terbaik, ”
“Dan sebenarnya, ” lanjut Kuti, ” Melangkah pergi itu bukan semata- mata merupakan kekalahan atau menunjukkan kelemahan. Sebaliknya, hal tersebut justru menunjukkan kekuatan seseorang. Menunjukkan keberaniannya. Menunjukkan bahwa dia memilih untuk memegang kendali sendiri atas apa yang terjadi hidupnya, dan tidak membiarkan diri dikendalikan oleh situasi. “
Dee menganggkuk, menyepakati apa yang dikatakan suaminya. Seringkali orang menemukan titik- titik tertentu dalam hidupnya dimana dia harus berani membuat keputusan untuk melangkah pergi meninggalkan segala sesuatu yang membuatnya tertekan dan memberikan prioritas lebih dulu bagi kebahagiaannya sendiri.
Luka hati biasanya dapat disembuhkan oleh jarak dan waktu. Waktu akan bergulir dengan sendirinya tanpa manusia harus melakukan sesuatu. Maka, yang perlu dilakukan manusia adalah membuat jarak dengan masalah tersebut.
Dan, cara membuat jarak itu adalah dengan melangkah pergi.
Bukan karena lemah, tapi justru karena kuat…
Karena keinginan untuk tetap menjadi diri sendiri. Karena ingin tetap memegang kendali diri.
Karena meyakini ada bahagia seindah pelangi menanti di ujung jalan…
p.s. i love you
Tidak ada komentar:
Posting Komentar