Beberapa waktu lalu seorang sahabat SMU saya meninggalkan duni (mati), dan beberapa waktu lalu pula seorang tetangga saya yang sudah berumur meninggal dunia pula, juga beberapa waktu lalu anak dari sahabat saya meninggal dunia juga, lalu beberapa waktu lalu juga saya menyaksikan preman pasar meninggal dunia karena di aniyaya masa. juga beberapa waktu lalu seorang pengendara motor meninggal karena tertabrak truk di belakangnya.
Kematian tidak memilih tua dan muda, kematian akan datang kepada kita semua cepat atau lambat, pasti dia menghampiri kita, memang manusia adalah mahluk yang berakal, dan memiliki kemampuan untuk merubah segala sesuatu yang ada di dunia, tapi untuk sebuah kematian manusia tak memiliki kuasa apapun untuk merubahnya, walaupun hanya menahan sedetik saja, tidak dengan akal, tidak dengan uang, juga tidak dengan kekuasaanya.
Memang sukar untuk kita untuk memahami sebuah kematian, tetapi kita sadar bahwa mereka itu ada, dan kita akrab dari satu kematian ke kematian lain dari saudara, sahabat, tetangga, kerabat atau siapa saja orang yang berada disekitar kita telah meninggal dunia, tidak ada teori yang dapat menjelaskan siapa yang akan meninggal terlebih dahulu, apakah kakek-kakek akan mati dahulu di banding anak kecil, jawabannya tidak. Apakah orang yang sakit parah akan meninggal lebih cepat dari pada orang yang sehat, jawabanya pun tidak. apakah seorang peramal bisa meramal kematian kita, jawabanya juga tidak.
Ketika nyawa dan jiwa telah tiada maka manusia hanya sesok jasad yang tidak berarti, tak layaknya manusia yang meninggal hanya bisa dikatakan sebagai bangkai, tidak manusia seutuhnya. Jasad memang tidak memiliki kinerja jasad akan berhenti ketika nyawa telah tiada di badan. andai saja ada teori yang bisa menjelaskan semua tentang bagaimana cara kita mati, bagaimana kita mati,bagaimana rasanya mati, dan apa yang terjadi ketika kita mati. tapi sampai saat ini tidak ada logika dan pemikiran manusia yang dapat pasti menjawabnya.semua jawaban tersebut.
Kita sebagai manusia lebih sering menghindari berpikir tentang kematian, apa lagi saaat ini dimana dunia terlalu komplek dan melenakan bagai kita, kita begitu mengagungkan kehidupan, kita mengagungkan semua yang kita miliki di dunia, kekayaan, jabatan, Kecantikan/ketampanan, semua orang sering berfikir semua itu selamanya. kita selalu siap dengan hari esok, seakan esok pagi kita masih bernyawa, tapi siapa yang menjamin besok kita masih bisa melihat keindahan dunia, masih bisa minum teh di pagi hari, masih bisa menonton Televisi, masih bisa makan nasi, masih bisa bertemu keluarga. jawabanya tidak ada yang bisa menjamin nyawa kita bersatu dengan tubuh saat kita bangun esok hari.
Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian diri kita. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya, siapkah kita jika detik ini kita mati. atau kita masih berfikir kita tak akan pernah mati, seperti sebuah lagi aku ingin hidup 1000 tahun lagi, walau pun 1000 tahun lagi toh tetap ada batas dari kehidupan yang kita jalani.
Yang manusia tau adalah saat kematian tiba ketika kita menghembuskan nafas terakhir kita, lalu apa lagi? semua masih menjadi tanya yang tak pernah terjawab oleh manusia hingga kini, karena tak ada orang yang telah mati memberi tahu bagaimana rasanya mati itu. ketika nafas terakhir di hembuskan maka manusia hanya menjadi bangkai, dan kemudian dikuburkan atau dibakar sesuai dengan kepercayaan yang kita anut, setelah itu tak ada lagi kita, yang ada hanya nama yang terukir di batu nisan, dan jejak atau nama baik/buruk kita (tergantung bagaimana kita dikenang oleh masrakat)
ketika jasad kita telah mati maka yang terjadi adalah senuah proses pembusukan yang cepat. Segera setelah kita dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat kita; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.
Kematian sungguh pasti terjadi, mengingat mati bagi orang yang berfikir sungguh membuat jiwa bergetar, hal ini menyadarkan kita bahwa kita bukanlah siapa-siapa, walau dalam kehidupan di dunia manusia sering mengelomppokan dirinya dari kelas teri sampai kelas kakap, tetapi ketika menghadapi kematian mereka bukan apa-apa meraka hanya seonggok daging/bangkai, oleh karena itu kita harus sadar dalam kehidupan ini bahwa banyak kesia-sian telah kita perbuat di dunia menyakiti orang lain, menfitnah orang lain, bahwa pada akhirnya siapapun, pemeluk agama manapun, jabatan Apapun, Suku manapun, akan berakhir dengan kematian.
hanya menganjurkan berbuatlah baik dalam hidup, karena yang kita tuju bukan sebuah keabadian hidup, tetapi sebuah kematian, karena menurut agama manapun yang dibawa manusia saat mati hanyalah amal dan ibadah, bukan harta, kekayaan, atau jabatan. Mari kita saling membantu dalam kebaikan untuk mendapat amal dan ibadah untuk persiapan kematian kita kelak.
Erwin Arianto
sumber : http://erwin-arianto.blogspot.com/2009/06/kematian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar