Senin, 25 Januari 2010

MELIHAT WARNA DALAM GELAPNYA OTAK

Agar dapat kita saksikan sebagai warna, cahaya yang dipantulkan benda haruslah mencapai mata. Tapi keberadaan mata saja belumlah cukup. Setelah mencapai mata, cahaya mesti diubah menjadi sinyal-sinyal syaraf agar dapat mencapai otak yang bekerja selaras dengan mata.

Sepak terjang sel kerucut

Marilah kita berpikir tentang mata dan otak kita sendiri. Mata manusia merupakan perangkat penglihatan yang sangat rumit yang terdiri dari banyak dan beragam bagian serta organ-organ kecil penyusunnya. Hanya dengan bekerjanya seluruh bagian ini secara bersamaan dan serasilah kita mampu melihat dan merasakan keberadaan warna. Mata, beserta jaringan dan bagian-bagian kecil penyusunnya seperti sel-sel kelenjar air mata, kornea, konjunktiva (selaput lendir yang melumasi mata), iris dan pupil, lensa, retina, koroid (selaput hitam mata), otot dan kelopak mata, merupakan seperangkat organ sempurna tanpa tara. Selain itu, dengan jaringan syaraf sempurna yang membentuk sambungan ke otak dan ke pusat penglihatan di dalam otak ini, mata secara keseluruhan memiliki rancang-bangun yang sangat istimewa. Keberadaan ini semua pastilah bukan melalui peristiwa alamiah belaka, melainkan penciptaan sengaja.

Setelah uraian singkat tentang mata, marilah kita amati bagaimana peristiwa melihat terjadi. Cahaya yang datang ke mata pertama-tama melewati kornea, lalu pupil dan lensa, dan akhirnya mencapai retina.

Pengenalan terhadap warna dimulai dari sel-sel kerucut pada retina. Terdapat tiga kelompok utama sel kerucut yang bereaksi kuat terhadap warna-warna cahaya, yaitu sel kerucut biru, hijau dan merah. Sel-sel kerucut bersifat peka, dan bereaksi terhadap warna merah, biru dan hijau; dan ketiganya adalah warna utama (warna primer) yang ada di alam. Rangsangan oleh ketiga warna ini dalam berbagai tingkatannya terhadap sel-sel kerucut inilah yang memunculkan penampakan jutaan aneka warna.

Sel-sel kerucut pada retina lalu mengubah informasi tentang warna ini menjadi sinyal-sinyal syaraf melalui pigmen-pigmen yang dikandungnya. Kemudian, sel-sel syaraf yang terhubungkan ke sel-sel kerucut tersebut meneruskan sinyal-sinyal syaraf ke tempat tertentu di otak. Di tempat tertentu seluas beberapa sentimeter persegi inilah kita dapat merasakan keberadaan dunia beraneka-warna yang kita saksikan sepanjang hidup kita.

Dunia berwarna dalam otak gelap

Tahap terakhir pembentukan warna berlangsung dalam otak. Sel-sel syaraf mata membawa pemandangan yang ditangkap mata dalam bentuk sinyal-sinyal syaraf. Sinyal-sinyal ini dibawa menuju otak, dan segala yang kita lihat di dunia luar dirasakan dalam pusat penglihatan di otak. Di sini, kita berhadapan dengan kenyataan yang mengejutkan: otak adalah sekerat daging yang sama sekali gelap karena terbungkus rambut, kulit dan tempurung kepala (tengkorak). Sinyal-sinyal syaraf yang dibangkitkan oleh bayangan yang dibentuk oleh pemandangan benda pada retina diterjemahkan di dalam otak yang sama sekali gelap. Banyangan benda, beserta warna dan segala seluk beluknya, terbentuk sebagai penampakan di pusat penglihatan di otak ini. Bagaimana proses ini dapat terjadi dalam sekerat daging bernama otak ini?

Banyak pertanyaan seputar bagaimana warna dapat kita rasakan masih tak terjawab. Para pakar tentang warna masih tak mampu menjawab pertanyan-pertanyaan seperti bagaimana sinyal-sinyal syaraf diteruskan ke otak melalui syaraf mata, dan pengaruh kejiwaan apa yang ditimbulkannya di dalam otak.

Nyatanya, kebanyakan proses yang dilakukan otak masih belum dapat dijelaskan. Kalaupun ada, sebagian besar masih berdasarkan teori. Meskipun demikian, otak telah melakukan seluruh perannya dengan sempurna sejak saat manusia ada di dunia ini hingga sekarang. Manusia telah merasakan dunia tiga dimensi, beserta seluruh warna, rancangan, suara, aroma dan rasanya dalam sekerat daging bernama otak yang berbobot mendekati satu kilogram. Semua ini hanya mungkin karena penciptaan sempurna oleh Allah. Dialah Tuhan yang telah menciptakan aneka warna sedemikian indah dan sempurna untuk kenikmatan manusia. KepadaNyalah kita patut bersyukur dan menghamba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar